Ekbis  

Garuda Indonesia Catat Pertumbuhan Pendapatan di Semester I-2024, Namun Rugikan Meningkat

Garuda Indonesia Catat Pertumbuhan Pendapatan di Semester I-2024, Namun Rugikan Meningkat. foto dok garuda-indonesia.com

JagatBisnis.com – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), emiten penerbangan pelat merah, berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha selama semester pertama 2024. Namun, meskipun pendapatan meningkat, perusahaan masih harus menghadapi kenyataan pahit dengan meningkatnya rugi bersih.

Menurut laporan keuangan yang dirilis pada Senin, 30 September 2024, Garuda Indonesia membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 1,62 miliar per Juni 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 18,27% secara tahunan (Year on Year / YoY) dibandingkan dengan US$ 1,37 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga :   Diduga Ada Lobi-lobi untuk Selamatkan Garuda dari Uang APBN

Rincian Pendapatan

Dari total pendapatan tersebut, kontribusi terbesar berasal dari penerbangan berjadwal, yang mencapai US$ 1,27 miliar. Sementara itu, penerbangan tidak berjadwal dan sumber pendapatan lainnya masing-masing berkontribusi sebesar US$ 177,96 juta dan US$ 167,57 juta.

Kenaikan Beban Usaha

Meski pendapatan mengalami peningkatan, GIAA juga harus menghadapi kenaikan beban usaha yang cukup signifikan. Beban usaha GIAA tercatat naik 23,31% YoY menjadi US$ 1,53 miliar per Juni 2024, dibandingkan dengan US$ 1,24 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, GIAA menanggung beban usaha lainnya sebesar US$ 201,05 juta, meskipun angka ini mengalami penurunan 15,17% YoY dari US$ 236,50 juta pada Juni 2023.

Baca Juga :   Negosiasi Utang Garuda Indonesia Berlangsung Alot

Rugi Bersih Meningkat

Dari sisi bottom line, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 101,65 juta per Juni 2024, meningkat 32,88% dibandingkan dengan US$ 76,50 juta pada tahun sebelumnya.

Penurunan Total Aset dan Liabilitas

Total aset GIAA juga mengalami penyusutan sebesar 2,71%, dari US$ 6,72 miliar pada akhir Desember 2023 menjadi US$ 6,55 miliar per 30 Juni 2024. Di sisi lain, jumlah liabilitas GIAA terpantau mengalami penurunan sebesar 0,96% menjadi US$ 7,93 miliar pada 30 Juni 2024, dibandingkan dengan US$ 8,01 miliar pada 31 Desember 2023.

Baca Juga :   Usai Ditegur, Garuda Perbaiki 19 Pesawat

Kesimpulan

Meskipun Garuda Indonesia menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang positif, tantangan di sektor biaya dan rugi bersih yang meningkat menjadi perhatian serius bagi manajemen perusahaan. Ke depan, GIAA perlu mempertimbangkan strategi yang lebih efisien untuk mengelola beban usaha dan memulihkan kinerja keuangannya. (Mhd)