JagatBisnis.com – Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) secara tegas menolak usulan insentif untuk mobil hybrid, menyatakan ketidaksetujuan mereka dalam konferensi pers pada Rabu (4/9).
Sekretaris Jenderal Periklindo, Tenggono Chuandra Phoa, menjelaskan bahwa meskipun mobil hybrid dianggap memiliki teknologi yang efisien, kendaraan ini tetap mengandalkan bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil. Menurutnya, hal ini tidak sejalan dengan tujuan industri otomotif untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan.
“Mobil hybrid mungkin memiliki efisiensi teknologi, namun mereka tetap menggunakan BBM yang berbasis fosil. Ini jelas bertentangan dengan semangat kami dalam mengurangi emisi karbon,” tegas Tenggono.
Periklindo menganggap bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di industri mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV). Potensi ini didorong oleh ketersediaan bahan baku baterai seperti nikel serta populasi penduduk yang besar, yang memungkinkan Indonesia menjadi pemain utama dalam produksi dan konsumsi mobil listrik.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, sebelumnya mengonfirmasi bahwa pemerintah tidak akan memberikan insentif fiskal untuk mobil hybrid. Hal ini disebabkan oleh tingginya volume penjualan mobil hybrid yang hampir dua kali lipat dibandingkan mobil listrik. Selain itu, produksi mobil hybrid di Indonesia sudah berjalan lancar dengan mekanisme yang ada.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil hybrid di Indonesia mencapai 30.973 unit dari Januari hingga Juli 2024. Selama periode yang sama, produksi mobil hybrid nasional tercatat sebesar 34.567 unit.
Penolakan Periklindo terhadap insentif mobil hybrid menegaskan komitmen mereka untuk mendorong pengembangan dan adopsi mobil listrik sebagai solusi utama untuk masa depan transportasi yang lebih bersih dan berkelanjutan. (Mhd)