Bank Indonesia dan Adaptasi Digitalisasi: Menyongsong Era Kecerdasan Buatan

Bank Indonesia dan Adaptasi Digitalisasi: Menyongsong Era Kecerdasan Buatan. foto dok bareksa.com

JagatBisnis.com – Bank Indonesia (BI) terus mengembangkan sistem kerjanya dengan mengikuti tren digitalisasi yang kian pesat. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa salah satu aspek penting dari adaptasi digitalisasi adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence /AI) dalam sistem operasional BI.

Dalam sambutannya pada 18th Bulletin of Monetary Economy & Banking International Conference (BMEB) and Call for Papers 2024, Perry menyatakan bahwa kecerdasan buatan bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai bagian integral dari strategi dan operasional BI ke depan. “Saat ini, BI telah memanfaatkan AI untuk berbagai fungsi, termasuk perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, konsumsi, hingga pengukuran kinerja institusi,” ungkap Perry.

Baca Juga :   Dana Asing Masuk RI Rp 27,35 T, Bank Indonesia Beri Sinyal Optimis

Perry menekankan bahwa menjadi pimpinan BI di masa depan memerlukan lebih dari sekadar kecerdasan kognitif. Dengan semakin majunya teknologi AI, kemampuan memimpin dan memahami kompleksitas lembaga akan menjadi kunci utama. “Di masa mendatang, pemimpin BI tidak hanya harus cerdas, tetapi juga harus memiliki kemampuan manajerial yang kuat. Kecerdasan kognitif saat ini sudah bisa digantikan oleh AI,” katanya.

Ia juga memprediksi bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, saat masa jabatannya berakhir, pemimpin BI yang baru akan menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan digitalisasi. Perubahan ini akan melibatkan penyesuaian yang tidak mudah, mengingat kecepatan perkembangan teknologi.

Baca Juga :   Rupiah Masih Terdepresiasi, BI Diperlukan Kebijakan Tambahan

Namun, Perry melihat digitalisasi sebagai peluang besar untuk mendorong perubahan positif dalam berbagai sektor. “Digitalisasi dapat mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, mulai dari transformasi industri, pendidikan, sektor keuangan, sistem pembayaran, hingga kesehatan dan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Keuntungan digitalisasi meliputi peningkatan efisiensi dan produktivitas melalui otomatisasi, analisis data yang lebih efektif, dan penggunaan platform digital. Meski demikian, Perry juga memperingatkan adanya risiko terkait digitalisasi, seperti kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan, risiko operasional, dan serangan siber. Selain itu, perubahan perilaku individu yang tidak dapat digantikan oleh AI juga perlu diperhatikan.

Baca Juga :   Antrean Panjang Penukaran Uang di Bank Indonesia Tuai Keluhan DPR

Perry menambahkan, “Tantangan lainnya adalah adopsi digital yang memerlukan perhatian serius agar tidak meninggalkan gap dalam keterampilan dan pengetahuan di antara individu dan institusi.”

Dengan menyikapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi demi meningkatkan kinerja dan efektivitas lembaga serta mendukung kemajuan ekonomi nasional. (Mhd)