JagatBisnis.com – Ketua Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII), Fadli Hamsani, mengungkapkan bahwa adopsi penggunaan Artificial Intelligence (AI) di sektor industri Indonesia masih sangat terbatas, belum mencapai angka 10%. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh cakupan yang luas dari sektor industri di Indonesia serta kebutuhan yang bervariasi dari masing-masing perusahaan.
“Penggunaan teknologi AI masih di bawah 10% secara keseluruhan. Ini karena setiap perusahaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan mereka menggunakan teknologi ini sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, bukan sekadar untuk tampilan mewah,” ujar Fadli kepada Kontan di Jakarta.
WANTRII, sebagai lembaga yang mendorong transformasi digital di industri, optimis bahwa hingga akhir tahun ini, adopsi AI dapat meningkat dan mencapai angka double digit. Salah satu strategi yang diusung adalah mendorong kolaborasi antara industri lokal dengan perusahaan lain yang sudah mengembangkan teknologi AI.
“Kami mendorong industri lokal untuk bermitra dengan sesama industri lokal yang sudah maju dalam pengembangan AI. Dengan demikian, teknologi ini menjadi lebih terjangkau dan mudah diadopsi,” tambahnya.
Fadli juga menyebutkan bahwa sektor otomotif telah menjadi pionir dalam penggunaan AI di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kualitas dan proses inspeksi visual. Banyak brand otomotif di Indonesia, termasuk dari Korea, Jepang, dan China, telah mengadopsi AI untuk meningkatkan kualitas produk mereka.
“Penggunaan AI untuk inspeksi visual kualitas telah banyak diterapkan di sektor otomotif. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam proses produksi, tetapi juga memastikan kualitas produk yang dihasilkan,” jelasnya.
Dengan potensi yang besar untuk pengembangan lebih lanjut, Fadli berharap bahwa langkah-langkah ini akan membantu Indonesia untuk lebih cepat mengejar ketertinggalan dalam adopsi teknologi AI di sektor industri, sehingga memberikan dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan inovasi di tanah air. (Hky)