Gubernur BI Beri Sinyal Tidak akan Menaikkan BI Rate Dalam Waktu Dekat

jagatbisnis.com – JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan sinyal tidak akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate dalam waktu dekat, setelah naik pada April 2024 lalu.

Untuk diketahui, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024 lalu, BI menaikkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%. Keputusan tersebut diambil dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global.

“Arah pergerakan dengan kenaikan BI-Rate kemarin dan SRBI (sekuritas rupiah Bank Indonesia), dengan data yang  saat ini bahwa memang tidak ada lagi keperluan menaikkan BI-Rate,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (8/5).

Disamping itu, perkiraan tersebut juga sejalan dengan kebijakan menaikkan suku bunga pada April lalu yang dinilai berhasil untuk menjadikan rupiah lebih perkasa.

Meski begitu, Perry memastikan, keputusan untuk menentukan arah kebijakan suku bunga pada akhir bulan Mei ini akan ditentukan dari hasil RDG.

Di antaranya dengan melihat kondisi perkembangan inflasi, kondisi nilai tukar rupiah, dan juga berbagai indikator lainnya.

Perry menambahkan, saat ini pihaknya juga terus berupaya agar nilai tukar rupiah bisa kembali menguat di bawah Rp 16.000 per dolar AS. saat ini pergerakan nilai tukar rupiah cenderung lebih moderat seiring dengan mulai masuknya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, baik ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun ke SRBI.

BI mencatat, terdapat aliran modal asing yang masuk dari pasar keuangan domestik telah mencapai Rp 22,84 triliun pada pekan pertama dan kedua Mei 2024.

Sementara itu aliran modal asing yang masuk dari pasar surat berharga negara (SBN) tercatat sebesar Rp 8,1 triliun, terdiri atas inflow Rp 5,74 triliun pada pekan pertama Mei 2024 dan Rp 2,36 triliun pada pekan kedua Mei 2024.

Sejalan dengan itu, BI mencatat terjadi juga aliran masuk modal asing di SRBI sebesar Rp 19,77 triliun, terdiri atas Rp16,19 triliun pada pekan pertama Mei dan Rp 3,58 triliun pada pekan kedua Mei 2024.

Meski begitu, Perry menyampaikan terdapat aliran modal keluar atau outflow dari pasar saham sebesar Rp 5,03 triliun. Namun Ia meyakini aliran modal asing akan kembali masuk ke pasar saham ke depan seiring dengan prospek perekonomian Indonesia yang positif. (Hfz)