Pentingnya Aktualiasasi Dalam Memaknai Spiritualitas dari Sila Pertama Pancasila

Jagatbisnis.com – Pancasila mengandung dimensi spiritual sebagai salah satu tiga tata nilai utama. Untuk itu, aktualisasi nilai spiritual Pancasila yang tergambar pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi penting. Karena, pelaksanaan pemerintahan tidak boleh meninggalkan prinsip keimanan dan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Apalagi dalam dunia usaha, nilai spiritual sila pertama merupakan bagian untuk membangun karakter diri bangsa.

Demikianlah dikatakan Ketua Aliansi Kebangaaan Pontjo Sutowo dalam FGD bertema “Aktualisasi Makna Spiritualitas Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa di Dunia Usaha Bagi Pembangunan Karakter Diri dan Bangsa”, secara daring, Jumat (26/4/2024).

Menurut dia, pembahasan itu perlu dilakukan untuk menemukan dan mengaktualisasikan makna spiritualitas sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa di dunia usaha bagi pembangunan karakter diri dan bangsa. Sehingga ini merupakan bagian integral upaya menjadikan agama sebagai sarana dan wahana pemajuan bangsa dan peradaban Indonesia.

“Untuk itu, penyelenggaraan aspek pelayanan di dunia usaha berlandaskan azas Ketuhanan Yang Maha Esa adalah kondisi prasyarat (conditio sine qua non). Tapi, persoalannya ialah entrepreneurship bagaimana yang kita perlukan khususnya dari sisi karakter dan kualitas kinerja dalam rangka pelayanan bagi kepentingan nasional,” ungkapnya.

Menurutnya, hal itu terfokus pada relevan dan berguna bagi upaya membangun bangsa dan karakternya, karena akan mengeksplorasi makna   kesejatian hidup manusia Indonesia dalam konteks hubungan vertikal sebagai mahluk dengan Tuhan Sang Maha Penciptanya. Selain itu, dalam konteks hubungan horizontal antar warga Indonesia serta antara warga Indonesia dengan pemerintahannya di tingkat pusat maupun daerah.

“Terkait dengan kedua dimensi hubungan tersebut, patut dicamkan sebagai rujukan makna substantif yang tersurat pada dan tersirat dari Alinea ke-3 Pembukaan UUD 1945 yang menggambarkan pengakuan tulus para pendiri bangsa. Oleh sebab itu, negara bangsa Indonesia wajib terus dijaga, dirawat dan ditingkatkan kemajuannya oleh segenap warga bangsa Indonesia. Allah YMK campur tangan pada kemerdekaan Indonesia,” imbuhnya.

Pontjo menambahkan, sejarah mencatat agama juga merupakan basis membangun peradaban manusia dan bangsa. Sehingga kegiatan ini bisa menghasilkan output aspiratif yang relevan dan berguna dari aktualisasi makna spiritualitas nilai Ketuhanan Yang Maha Esa di dunia usaha. Hal itu dilakukan untuk mendorong keberhasilan pembangunan karakter diri dan bangsa agar Indonesia mampu menjalin hubungan dan kerja sama secara setara dan sekaligus sanggup bersaing dengan berbagai bangsa dan negara.

“Itulah manifestasi amanat konstitusional yang tersurat pada dan tersirat dari kata-kata pada Alinea ke-3 Pembukaan UUD 1945, yaitu “supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas” sebagai atribut bangsa merdeka dan berdaulat,” tutup Pontjo. (eva)