Ekbis  

Neraca Perdagangan Indonesia September Proyeksi Surplus USD 2,15 Miliar

Josua Pardede Kepala Ekonom Bank Perrmata Foto : Kumparan

JagatBisnis.com –  Indonesia diperkirakan akan mencatat surplus dalam neraca perdagangan bulan September 2023, meskipun dengan penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode September pada Senin, 16 Oktober.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, surplus perdagangan diproyeksikan sekitar USD 2,15 miliar, turun dari USD 3,13 miliar pada Agustus 2023. Penurunan surplus ini dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang melemah, terutama akibat penurunan harga komoditas utama dan potensi risiko perlambatan ekonomi global.

Baca Juga :   Disiplinannya Jemaah Umrah Indonesia Bikin Arab Saudi Salut

Namun, kinerja impor juga diperkirakan akan mengalami penurunan, meskipun tidak seburuk ekspor. Hal ini disebabkan oleh harga minyak dunia yang lebih tinggi dan permintaan domestik yang tetap kuat. Josua memproyeksikan bahwa ekspor Indonesia pada bulan September 2023 akan mengalami kontraksi sebesar 13,46 persen year-on-year. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kontraksi ekspor termasuk pelemahan ekonomi Tiongkok dan terus menurunnya harga komoditas.

Baca Juga :   Ini Penyebab Gelombang Panas Indonesia dan Asia

Josua juga menyatakan bahwa kinerja impor Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspor, dengan penurunan sekitar 2,59 persen year-on-year. Penurunan kinerja impor disebabkan oleh harga minyak yang lebih tinggi akibat pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ dan konflik Israel-Hamas. Selain itu, permintaan minyak juga meningkat selama tiga bulan menjelang liburan Natal dan Tahun Baru.

Josua menambahkan bahwa penurunan kinerja ekspor yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas akan diimbangi oleh kinerja impor yang relatif lebih kuat, terutama karena ekonomi domestik yang tetap stabil dan kenaikan harga minyak. “Kami memperkirakan transaksi berjalan pada tahun 2023 akan mencatat defisit kecil sebesar -0,28 persen dari PDB, dibandingkan dengan surplus sebesar 0,96 persen dari PDB pada tahun 2022,” tambahnya. Proyeksi ini mencerminkan dinamika perdagangan Indonesia dalam menghadapi tantangan eksternal dan menjaga keseimbangan ekonomi nasional. (tia)

Baca Juga :   Novie: Indonesia Jadi Ketua Pertemuan Transportasi se-ASEAN