BMKG: Kotawaringin Barat Bakal Alami Kemarau Panjang

JagatBisnis.com Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa dampak fenomena El Nino akan terasa di Kalimantan Tengah, tak terkecuali di Kotawaringin Barat.

Fenomena ini bakal membuat kemarau lebih panjang.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Iskandar Pangkalan Bun Aqil Ihsan, Selasa (23/5), mengatakan BMKG telah melakukan pengamatan pergerakan El Nino di Samudra Pasifik. Hasilnya, variabel El Nino-Southern Oscillation (ENSO) mengalami peningkatan.

Untuk diketahui, ENSO sendiri merupakan sebuah fenomena yang terbentuk karena adanya interaksi lautan dan atmosfer di kawasan khatulistiwa dan timur Pasifik yang berpengaruh terhadap berkurangnya curah hujan.

Baca Juga :   Pemerintah Harus Antisipasi Kemarau Panjang Akibat El Nino

“El Nino merupakan kebalikan dari La Nina. Apabila terjadi di musim kemarau dan terjadi El Nino maka curah hujan sangat sedikit dan bisa kemarau yang cukup panjang. Indeks ENSO menunjukkan saat ini Nino di 0,55 (normalnya 0,5),” kata dia.

Dijelaskan Aqil, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir wilayah Kobar terjadi La Nina yang membuat musim kemarau cenderung masih banyak hujan, namun diperkirakan pada tahun ini bakal mengalami perubahan.

Baca Juga :   Pemerintah Harus Antisipasi Kemarau Panjang Akibat El Nino

“Untuk Kotawaringin Barat sendiri memasuki musim kemarau mulai di bulan Juni dasarian ke II dan ke III serta bulan Juli dasarian ke I,” jelas Kepala Stasiun BMKG Pangkalan Bun ini.

Lebih lanjut sambungnya, pada Juni dasarian II wilayah yang terdampak yakni bagian selatan Kobar meliputi kecamatan Arsel dan Kumai. Sementara untuk Juni dasarian III sebagain besar Aruta.

Baca Juga :   Pemerintah Harus Antisipasi Kemarau Panjang Akibat El Nino

Sedangkan Juli dasarian I terjadi di seluruh kecamatan, kecuali Kumai.

Untuk itu, dirinya mengingatkan masyarakat Kobar pada umumnya agar mewaspadai potensi bencana kekeringan dan Karhutla seperti yang terjadi pada tahun 2015 silam.

“Betul, sangat perlu diwaspadai karena kondisi kemarau tahun ini berbeda dengan 3 tahun terakhir,” tukas dia. (tia)