Ini Dampak Buruknya Jika Anda Donor Ginjal

JagatBisnis.com –  Seorang ibu di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, siap menjual ginjal demi melunasi utang anaknya yang mencapai sekitar Rp200 juta. Banyak orang yang memilih jalan pintas untuk menjual ginjal kepada orang lain. Apa risiko bagi pendonor ginjal?

Enik Ekawati (49), warga Latsari, Tuban, Jawa Timur, terlihat berada di samping jalan sambil memegang poster bertuliskan ‘Jual Ginjal’ di trotoar sepi Jalan Basuki Rahmat, Kebonsari, Tuban. Janda tiga anak ini menawarkan ginjalnya kepada pengguna jalan yang lewat.

Perempuan yang berprofesi sebagai pedagang gorengan ini mengaku terpaksa menawarkan ginjalnya karena bingung tak memiliki solusi lain. Ia ketakutan karena setiap harinya ada orang yang tidak dikenal datang untuk menagih utang.

Utang itu sebenarnya akibat perbuatan anaknya yang terjerat pinjaman online alias pinjol dan mengikuti investasi bodong sehingga ia tidak mampu mengembalikan utangnya. Utangnya kian menumpuk hingga mencapai Rp200 juta.

Upaya menjual ginjal sudah banyak dilakukan warga yang tergiur mendapatkan uang dengan mudah. Biasanya karena terdesak utang, keperluan keluarga bahkan ada yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak penting seperti membeli kendaraan, atau ponsel model terbaru.

Ini tentu sangat miris. Sangat tidak seimbang dengan risiko kehilangan ginjal. Para pendonor tentu saja berisiko bagi kesehatanya sendiri sehingga sangat penting untuk mempertimbangkannya. Apalagi kalau alasannya hanya karena uang, tidak setimpal dengan risiko yang harus ia hadapi.

Risiko Donor Ginjal

Fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang berada di bagian bawah tulang rusuk belakang tubuh manusia. Walaupun hanya berukuran layaknya satu kepalan tangan, ginjal merupakan bagian tubuh yang sangat penting dan wajib dijaga. Bagaimana tidak? Apabila ginjal mengalami kerusakan atau gangguan, organ tubuh lain akan merasakan dampaknya.

Baca Juga :   4 Kondisi Ini Bikin Ibu Hamil Lebih Mudah Terpapar COVID-19

Fungsi utama organ tubuh ini adalah membersihkan darah dari senyawa beracun pada tubuh sebelum akhirnya dialirkan ke seluruh tubuh. Setelah itu, segala hal yang perlu dibuang tersebut kemudian dikeluarkan melalui urine.

Bukan hanya itu, ginjal juga berperan menghasilkan berbagai hormon yang membantu produksi sel darah merah eritropoietin dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang. Eritropoietin juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah.

Ketika ginjal kehilangan kemampuan penyaringan ini, tingkat cairan dan limbah yang berbahaya menumpuk di dalam tubuh, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan gagal ginjal (penyakit ginjal stadium akhir).

Penyakit ginjal stadium akhir terjadi ketika ginjal telah kehilangan sekitar 90 persen kemampuannya untuk berfungsi secara normal. Penyakit ginjal stadium akhir terjadi ketika ginjal telah kehilangan sekitar 90 persen kemampuannya untuk berfungsi secara normal.

Transplantasi ginjal menjadi salah satu cara untuk mengganti peran ginjal yang sudah rusak. Caranya dengan melalui operasi untuk menempatkan ginjal yang sehat dari donor yang masih hidup atau sudah meninggal ke seseorang yang ginjalnya tidak lagi berfungsi dengan baik.

Transplantasi ginjal berasal dari para pendonor. Biasanya berasal dari keluarga orang yang akan menerima donor ginjal karena lebih mudah dan lebih sesuai. Namun tak jarang, para penderita gagal ginjal mencari donor dari orang lain termasuk dengan imbalan uang.

Baca Juga :   Usai Mudik Lebaran, Pastikan Tubuh Fit Saat Jalani Arus Balik

Risiko langsung
Orang yang ingin mendonorkan ginjalnya harus mempertimbangkan dengan hati-hati potensi risiko dan manfaat dari mendonorkan ginjal. Mengutip Weillcornell, meskipun pembedahan itu sendiri sering menjadi komponen utama dari keputusan ini, faktor lain seperti risiko medis, hasil kosmetik, dan faktor sosial ekonomi juga berperan penting dalam proses pengambilan keputusan ini.

Misalnya risiko langsung atau bedah berupa potensi komplikasi yang mungkin terjadi seputar operasi untuk mendonorkan ginjal. Berupa rasa sakit, infeksi (seperti pneumonia atau infeksi luka), pembekuan darah, reaksi terhadap anestesi hingga kematian. Tingkat kematian di seluruh dunia untuk donor ginjal hidup memang sangat kecil yakni 0,03 hingga 0,06 persen.

Risiko lainnya termasuk konversi ke nefrektomi terbuka, terkadang memerlukan operasi ulang (seperti untuk pendarahan), masuk kembali guna mendapat perawatan rumah sakit, burut, obstruksi usus, serta pembengkakan testis dan rasa tidak nyaman untuk donor pria.

Risiko jangka panjang
Jumlah penelitian tentang risiko jangka panjang dari donasi ginjal masih terbatas. Namun, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa Anda dapat hidup normal dan sehat dengan satu ginjal. Faktanya, ketika satu ginjal diangkat, satu ginjal normal akan meningkat kapasitasnya untuk mengkompensasi. Ini disebut ‘pertumbuhan kompensasi’.

Mengutip Kidney.org, studi menunjukkan bahwa fungsi ginjal total pendonor kembali menjadi sekitar 70 persen dalam 10 hingga 11 hari, dan sekitar 70 hingga 80 persen pada tindak lanjut jangka panjang. Pendonor juga akan memiliki bekas luka dari operasi. Ukuran dan lokasi bekas luka akan tergantung pada jenis operasi yang dilakukan.

Baca Juga :   Cara Mudah Atasi Tekanan Darah Rendah Tanpa Obat

Salah satu kemungkinan risiko jangka panjang adalah tekanan darah tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang menyumbangkan ginjal memiliki tekanan darah yang sedikit lebih tinggi setelah beberapa tahun. Orang Afrika-Amerika dan Hispanik diketahui memiliki peningkatan risiko tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, dan diabetes. Donasi ginjal dapat meningkatkan risiko ini untuk beberapa donor.

Sejumlah donor telah melaporkan masalah jangka panjang dengan nyeri, kerusakan saraf, hernia, atau obstruksi usus. Risiko ini tampaknya jarang terjadi, namun saat ini tidak ada statistik nasional tentang frekuensi masalah ini.

Kadang-kadang ada laporan pasien yang mengalami gagal ginjal setelah donasi, kemungkinan karena faktor keturunan (latar belakang keluarga). Jika gagal ginjal terjadi, biasanya akan diberikan prioritas yang lebih tinggi untuk transplantasi ginjal dalam daftar tunggu donor yang telah meninggal.

Ada juga beberapa risiko dengan kehamilan. Wanita yang menyumbangkan ginjal dan hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk diabetes gestasional, hipertensi gestasional, preeklampsia, dan keguguran. Jika berencana untuk memiliki anak, pastikan mendiskusikan kehamilan dengan tim transplantasi sebelum mendonorkan ginjal.

Ada juga beberapa risiko keuangan yang perlu dipertimbangkan. Beberapa donor telah melaporkan kesulitan dalam mendapatkan, membayar, atau menjaga kecacatan, atau asuransi jiwa. Atau juga mungkin mengalami kehilangan upah selama operasi dan waktu pemulihan. Mungkin juga si pendonor akan lebih banyak mengeluarkan uang untuk perawatan kesehatannya di masa mendatang. (tia)

MIXADVERT JASAPRO