Beijing Tutup Tempat-tempat Umum akibat Kasus COVID-19 Melonjak

JagatBisnis.com – Beijing menutup taman dan museum seiring otoritas China bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19 pada Selasa (22/11).

Peningkatan kasus infeksi meredupkan harapan warga yang menantikan pembukaan kembali tempat-tempat umum. Banyak penduduk menyaksikan perumahan mereka terisolasi selama wabah baru-baru ini. Tetapi, pembatasan ini sering kali hanya beberapa hari.

Sejumlah penduduk kemudian mengeluhkan kelambanan pengiriman bahan makanan ke rumah mereka karena volume yang padat.

Banyak museum di ibu kota itu pun menutup pintu. Taman hiburan seperti Happy Valley dan Taman Chaoyang akan mulai tutup pula.

Pasalnya, Beijing melaporkan 1.438 kasus infeksi domestik baru pada Senin (21/11). Angka ini naik dari 962 pada Minggu (20/11). Hingga 634 kasus tambahan lalu menyusul 15 jam pertama Selasa (22/1).

Baca Juga :   1.600 Anak Meninggal karena Covid-19, PTM Harus Terapkan Prokes Ketat

Selain Beijing, Shanghai juga memperketat aturan bagi orang yang memasuki kota. Pusat keuangan ini akan melarang orang memasuki tempat seperti pusat perbelanjaan dan restoran dalam waktu lima hari setelah mereka tiba sejak Kamis (24/11).

Walau begitu, mereka masih dapat pergi ke kantor dan menggunakan transportasi umum. Kota berpenduduk 25 juta orang tersebut telah terlebih dahulu menutup tempat budaya dan hiburan di tujuh distrik setelah melaporkan 48 infeksi lokal baru.

Gelombang infeksi itu telah menguji penyesuaian baru yang diadopsi pemerintah China dalam kebijakan nol-COVID.

Pihak berwenang berusaha menargetkan pembatasan mereka agar tidak perlu memberlakukan lockdown dan tes corona menyeluruh.

Baca Juga :   Kematian akibat Covid-19 di Bangka Melonjak

Sebab, tindakan semacam itu telah mencekik ekonomi dan membuat penduduk frustrasi hampir tiga tahun memasuki pandemi.

“Beberapa teman kami bangkrut, dan beberapa kehilangan pekerjaan,” ungkap seorang pensiunan Beijing berusia 50 tahun bermarga Zhu, dikutip dari Reuters, Rabu (23/11).

“Kami tidak bisa melakukan banyak kegiatan yang ingin kami lakukan, dan tidak mungkin melakukan perjalanan. Jadi kami sangat berharap pandemi ini bisa segera berakhir,” lanjutnya.

Pemerintah China meyakini kebijakannya dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah sistem perawatan kesehatan menjadi kewalahan. Tetapi, para pengguna media sosial membandingkan situasi mereka dengan suporter sepak bola di Piala Dunia di Qatar.

Baca Juga :   Kemenkes Berikan Solusi Cegah Penyebaran COVID-19

“Puluhan ribu orang di Qatar tidak memakai masker. Dan kami masih panik,” tulis seorang pengguna di platform Weibo.

Para ahli memperingatkan, pembukaan kembali secara penuh membutuhkan program vaksinasi memadai di China.

Pihak berwenang lantas berencana membangun kapasitas rumah sakit dan klinik, serta sedang merumuskan program vaksinasi.

“Gambaran sebenarnya mungkin tidak sebaik kelihatannya,” tulis analis Nomura.

“Pembukaan kembali bisa bolak-balik karena pembuat kebijakan mungkin mundur setelah mengamati peningkatan pesat dalam kasus dan gangguan sosial. Dengan demikian, pejabat lokal mungkin lebih enggan menjadi penggerak awal ketika mereka mencoba mengetahui niat sebenarnya Beijing,” sambung dia. (tia)

 

MIXADVERT JASAPRO