Gaduh Soal Sumbangan Rp2 Triliun, Irjen Eko Indra Diminta Mundur

Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Eko Indra Heri

JagatBisnis.com – Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies( ISESS), Bambang Rukminto menganjurkan Kapolda Sumatera Selatan Irjen Eko Alat Heri mengundurkan diri dari jabatannya saat sebelum dilepas oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Karena, Irjen Eko Alat telah membuat riuh ditengah endemi COVID- 19.

“ Jika Irjen Eko Alat Heri memiliki hasrat bagus untuk memberikan ketauladanan untuk yunior- yuniornya, idealnya dia mengundurkan diri saat sebelum ditarik Kapolri. Itu akan jadi inovasi dan akan dikenang sejarah. Cuma sayangnya, di negara ini belum terdapat kebiasaan bagus mengundurkan diri untuk administratur yang melakukan kekeliruan,” tutur Bambang saat dihubungi pada Jumat, 6 Agustus 2021.

Bila Irjen Eko tidak mengundurkan diri, Bambang meminta pada Kapolri untuk mengubahnya. Karena, tutur ia, Irjen Eko sebagai Kapolda Sumatera Selatan telah membuat kegaduhan dan kelengahan dengan tidak melakukan kir atas anggaran Rp2 triliun yang disumbangkan oleh keluarga Akidi Tio melalui Heriyanti Tio.

?” Memang seharusnya segera ditukar. Karena kegaduhan ini tidak akan terjadi bila Kapolda tidak melakukan kecerobohan, cek ricek lebih dahulu apakah anggaran donasi yang amat besar itu terdapat ataupun tidak terdapat, saat sebelum melakukan pengumuman melalui perangkat- perangkat dibawahnya ataupun bertanya ke PPATK,” ucapnya.

Bagi ia, bila Kapolda tidak diserahkan ganjaran atas kecerobohannya ini. Hingga, akan jadi anteseden kurang baik untuk Kepolisian Republik Indonesia( Polri) dengan cara badan kedepan dan dapat jadi ilustrasi ketidakhati- hatian petugas penegak hukum.

Di sisi itu, Bambang pula menegaskan supaya permasalahan Heriyanti Tio ini diawasi dengan cara kencang dan dilakukan dengan cara tembus pandang pada khalayak. Pasti, perihal ini untuk menghindari abuse of power, kesewenang- wenangan yang dilakukan Kapolda dan jajarannya dalam penyelesaian pelacakan Heriyanti Akidi Tio.

“ Usaha untuk menghindari abuse of power ini wajib dikontrol Mabes Polri untuk membenarkan kalau pelacakan dan investigasi dilakukan dengan tembus pandang dan berkeadilan pada Heriyanti Tio, yang memiliki hasrat bagus memberikan donasi, walaupun ternyata dananya belum terdapat,” jelas ia.

Sebelumnya dikabarkan, Mabes Polri telah menerjunkan tim untuk melakukan pengecekan kepada Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Eko Alat Heri terkait hebohnya donasi anggaran sumbangan sebesar Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio untuk penindakan COVID- 19 di wilayah Sumatera Selatan.

“ Dari Mabes Polri sudah menurunkan tim dalam ialah dari Irsus Itwasum Polri, Paminal Bagian Propam Polri,” tutur Kepala Bagian Humas Polri, Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono pada Rabu, 4 Agustus 2021.

Bagi ia, tim dalam yang diterjunkan dari Mabes Polri itu pasti mau melihat kejelasan kontribusi itu semacam apa, penindakan permasalahannya kepada Heriyanti Tio gimana. Pasti, itu ialah ranah daripada keterangan dalam.

“ Kita menunggu saja hasil daripada pelacakan dan pengecekan dalam Mabes Polri,” ucapnya.

Sementara, Kepala Polda Sumatera Selatan, Irjen Eko Alat Heri membenarkan telah membuat kelengahan alhasil memunculkan kegaduhan ditengah warga atas anggaran sumbangan Rp2 triliun untuk penindakan COVID- 19 di wilayah Sumatera Selatan. Ternyata, uang Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio itu tidak terdapat.

Hingga dari itu, Irjen Eko meminta maaf pada semua bagian warga, terkait permasalahan anggaran sumbangan Rp2 triliun untuk penindakan COVID- 19 dari keluarga almarhumah Akidi Tio. Dorongan ini akan disalurkan melalui anak beruju Akidi Tio, Heriyanti.

” Aku meminta maaf pada semua warga Indonesia, terkhususnya pada Kapolri, anggota Polri, Gubernur Sumatera Selatan, Pangdam, Danrem, ataupun pihak yang turut ikut serta ataupun dilibatkan,” tutur Eko pada Kamis, 5 Agustus 2021.

Bagi ia, kegaduhan yang terjadi ini tidak terbebas dari kesalahannya pula. Karena, ia tidak melakukan kir terlebih dulu hal anggaran sumbangan dengan angka luar biasa mencapai Rp2 triliun itu.

” Ini terjadi dampak tidak kehati- hatian aku sebagai orang, alhasil terjadilah masalah semacam yang terjadi ini,” tutur Eko.

Ternyata, Eko berterus terang sebenarnya tidak memahami Heriyanti. Tetapi Eko memahami bapaknya, almarhumah Akidi Tio dan kerabat Heriyanti, Ahok.” Aku tidak memahami Heriyanti, tetapi aku memahami almarhumah( Akidi Tio), dan buah hatinya Ahok. Aku memahami keduanya saat aku masih bekerja di Aceh Timur,” ucapnya.(pia)

MIXADVERT JASAPRO