Eijkman: Mutasi Virus Corona Belum Ada di Indonesia

JagatBisnis.com –  Varian baru virus corona dari Inggris yang diberi nama B117 kini telah menyebar ke banyak negara. Bahkan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand telah melaporkan varian baru virus itu. Namun, Lembaga Biologi Molekuler dan bioteknologi kedokteran, Eijkman belum menemukan varian baru virus corona (SARS-CoV-2) di Indonesia.

“Hingga 1 Februari 2021, varian-varian baru ini belum ditemukan pada 251 sekuens SARS-CoV-2 di Indonesia yang sudah dilaporkan ke bank data influenza di dunia (GISAID), tetapi kami terus memantau,” kata Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio dalam keterangan tertulis, Selasa (02/02/2021).

Dia menjelaskan, saat ini setidaknya ada 3 varian virus corona yang sudah terdeteksi menyebar di berbagai negara, yakni B.1.17, B1.1.1.28.1/P1, dan B.1.351. Varian-varian ini juga telah menghasilkan berbagai mutasi yang berbeda dari genom SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan, China.

Baca Juga :   Melonjak Tajam, India Kremasi 80 Jasad Covid-19 Tiap Hari

“Pengawasan genom di Indonesia saat ini perlu ditingkatkan lagi untuk mendeteksi varian baru virus Covid-19. Mutasi pada virus merupakan hal yang umum terjadi, karena bagian proses evolusi virus agar dapat beradaptasi dan tetap hidup. Pada SARS-CoV-2, mutasinya 4 kali lebih lambat ketimbang virus influenza lantaran memiliki mekanisme proofreading penggandaan materi genetik,” ulasnya.

Baca Juga :   Puluhan Balita Terpapar Covid-19 di Depok

Dia memaparkan, varian B.1.17 ditemukan pertama kali di Inggris dan kini ditemukan di 70 negara. Varian ini sudah menghasilkan 23 mutasi. Sementara varian B.1.1.28.1 atau P1 pertama kali ditemukan di Manaus, Brasil. Varian dengan catatan 25 mutasi ini sudah dilaporkan terdapat di 8 negara. Varian B.1.351 berasal dari Afrika Selatan. Sejauh ini 19 mutasinya sudah dikenali dan dilaporkan berada di 31 negara.

Baca Juga :   Pandemi Bikin Stres, Waspadai Gangguan Kesehatan Lain

“Varian di Brasil, Inggris dan Afrika Selatan terjadi karena adaptasi dan tingkat infeksi yang terbilang tinggi. Walaupun dikorelasikan dengan meningkatnya tingkat fatalitas kasus, varian B.1.17 belum terbukti dapat menyebabkan penyakit Covid-19 yang lebih parah. Demikian juga dengan varian P1 dan B.1.351,” tutupnya. (esa/*)

MIXADVERT JASAPRO