Dokter Farabi El Fouz Ajak Warga Melek BPA Free

Dokter spesialis anak Farabi El Fouz

JagatBisnis.com – Dokter spesialis anak Farabi El Fouz mengajak kepada seluruh warga Indonesia untuk melek terhadap BPA Free, atau bebas dari bahan kimia Bispanol A. Hal ini dikarenakan dampak BPA atau senyawa kimia yang berada di wadah plastik, terlepas dan terkonsumsi oleh keluarga ,sehingga membahayakan tubuh dalam jangka waktu yang lama.

Jika kita berkaca pada penggunaan sejumlah piranti rumah tangga mulai dari galon guna ulang yang sering digunakan ibu bayi dan balita dalam mengkonsumsi air minum, piring, sendok, botol dot bayi dan botol minuman air dewasa, pada saat ini perlu mendapatkan perhatian dari kita semua, agar bahaya Bispanol A tidak meracuni kita semua, khususnya warga Indonesia.

Dari sejumlah riset di luar negeri, banyak negara-negara maju yang melarang penggunaan campuran zat kimia BPA dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan juga terpapar dalam jumlah yang lama, maka akan menyebabkan kanter, gangguan perkembangan janin, balita dan bayi, dan sejumlah pernyakit lainnya.

“Jadi BPA yang digunakan industri pangan, dia bisa mengeraskan dan melenturkan plastik buat apa, ada beberapa laporan botol susu, Wadah makanan, piring, sendok, bahkan susu kaleng bayi itu bisa dikandungkan BPA. Kalau di susu kaleng bisa bisa menyebabkan korosi (kerusakan atau kehancuran material akibat adanya reaksi kimia) dan juga bersenyawa bahan makanan terhadap besi. Yang jadi masalah adalah kandungan diteliti ternyata bisa efek buruk itu tadi ada kanker, gangguan endokrin. Banyak sih gangguan lainnya. Akhir-akhir ini di Amerika ada penelitian yang menghubungkan antara kematian yang tinggi diiringi dengan angka BPA yang tinggi,” jelasnya.

Baca Juga :   Tiga Bahan Alami Ini Bikin Tidur Makin Nyenyak

“Itu lebih bahaya resiko kematian. Ini multi faktor, covid ini bisa isolasi virusnya, tapi BPA agak sulit, dia bisa serangan jantung kolestrol punya, baru punya kadar BPA yang lumayan, ini jadi hambatan tetapi namun sudah beberapa jurnal mengatakan BPA punya resiko angka kematian,” ungkap Farabi El Fouz.

Terkait dengan tingkat kewaspadaan bangsa Indonesia terhadap masih banyaknya penggunaan BPA dalam kemasan plastik yang selalu di gunakan dalam kehidupan berkeluarga
Dokter Farabi El Fouz mengatankan dirinya berharap agar pemegang regulasi bisa memperhatikan hal-hal seperti ini. Memang jika kita perhatikan mulai dari kemasan galon guna ulang tempat sumber air, piring, gelas, sendok dan yang lainnya belum sempurna free BPA.

“Ya intinya kalau regulasi kita memang bukan ahlinya regulasi, tapi berharap pemengang regulasi itu memperhatikan hal ini. Saya perhatikan BPOM sudah mengeluarkan awareness terhadap hal ini, termaksud toleransi berapa dan di-mention olah BPOM. Tapi kadang gini lho. BPA tau bermasalah tapi dia pake dipake ditempat-tempat buka makanan, kontainer tapi orang kita kadang ah enak nih buat tempat sayur lodeh kirimin abang, nah ini yang harus kita waspadai, misalnya kalau pada hal di pembuat kontainer ini sudah memberikan perhatian, waning lebel kecil tulisannya, yang penting di kasih tau, bintang-bintangbanyak, mungkin ini yang membuat manusia masih bersinggungan dengan BPA,” jelasnya.

Baca Juga :   Banyak Pasangan yang Berminat Melakukan Program Bayi Tabung

Dengan memperhatikan dampaknya, dokter Farabi El Fouz mengajak seluruh pihak untuk melek terhadap BPA, sebab jika terus dibiarkan maka akan ada pengaruh di jangka panjang dan membawa kerugian buat rakyat Indonesia.

“Salah satunya peningkatan narasumber seperti melek BPA, jadi kalau liat kontainer liat bawahnya, liat boks-nya mau beli susu bayi BPA free nggak nah itu melek BPA, dan pasti harganya beda Ya. Kalau menengah ke bawah takutnya selama nggak bikin langsung mati nggak papa kok. Kakek kita pake botol ini nggak papa kok. Itu kadang-kadang nyelenehnya disitu, kayak rokok juga ada kok yang umurnya 100 tahun,” tegasnya.

Meski begitu, walau sudah banyak penelitian terhadap bahaya BPA, namun dalam tinjauan rumah sakit di dalam negeri, orang yang meninggal karena terpapar BPA belum muncul, meski potensi tersebut ada, sebab di Amerika terjadi dan ada kolerasinya. Terlebih hingga saat ini tidak ada cara untuk menetlalisir tubuh manusia dari cemaran BPA di dalam tubuh.

“Yang saya ketahui tidak ada, khusus spesifik, karena kita butuh angka kematiannya kan, susah didapatkan, angka kematiannya belum muncul, alatnya susah, terus juga sukarelawan susah, namun perlu orang indonesia ketahui disebutkan agama hal yang membahayakan tentunya haram,” ujarnya.

“Ini agak sulit, ya paling tepat yang sudah terpapar BPA stop papara BPA, menggunakan hindari hal-hal yang dalam BPA nya tinggi dalam tubuh, misalnya menggunakan container yang mengandung BPA, baik dalam bawah botol yang ada tulisan PC atau angka 7, dalam lingkaran recycle nya terus juga kalau mau memakai wadah pelastik hati-hati kita harus waspada dengan yang ada goresan, dengan gorekan akan membuat luka sehingga konten-konten dari plastic masuk ke dalam makanan, hati-hati memasukan masakan yang panas, kadang-kadang yang panas kita tumpahin,” kata Farabi El Fouz.

Baca Juga :   Kenali Gejala COVID Varian Delta, Ini Ciri-Cirinya

Farabi pun terpikirkan agar rakyat Indonesia tidak terpapar BPA diperlukan langkah-langkah yang terukur dan tepat, sehingga tidak menggangu perkembangan anak dan kesehatan orang dewasa.

“Mungkin perlu juga restoran BPA free, dia harus punya kata-kata itu, jadi dari lima makanan sea food yang dipilih kontainernya yang BPA free, jadi yang harus di hindari adalah memanaskan bahan makan yang ada di container plastic, atau memasukan bahan makanan ke dalam container plastic yang menyebabkan BPA larut ke dalam makanan. Terus kalau bayi ya ASI ekskusif, sehingga tidak perlu kontain-kontain apa pun, seandainjya mau memakai container, pembawa itu wadah maka kaca , tentu seandaikan pakai botol karena lebih muda maka pakailah yang BPA free. Ini yang perlu kita kampanye kan, memilih lingkaran angka, satu, tujuh jangan yang ada tulisan pc jangan,” beberanya. (hab)

MIXADVERT JASAPRO