JagatBisnis.com – Memasuki kuartal III-2025, PT Bank DBS Indonesia membeberkan strategi investasi untuk menghadapi gejolak global yang dipicu ketegangan geopolitik, kebijakan tarif Amerika Serikat, serta tekanan fiskal di sejumlah negara.
Hou Wei Fook, Chief Investment Officer (CIO) DBS, mengidentifikasi tiga tema utama yang akan memengaruhi pasar selama kuartal ini:
-
Deeskalasi pragmatis ketegangan tarif antara AS dan mitra dagangnya,
-
Perbedaan kinerja saham global,
-
Meningkatnya tekanan fiskal di berbagai negara.
Obligasi Masih Menarik di Tengah Risiko Stagflasi
Hou menyarankan investor untuk tetap mempertahankan preferensi pada obligasi berkualitas tinggi, terutama dalam kondisi ekonomi yang mengarah pada stagflasi (inflasi tinggi dengan pertumbuhan ekonomi lemah).
“Fokuslah pada obligasi dengan peringkat A hingga BBB, dan terapkan strategi duration barbell—yaitu eksposur pada tenor pendek (2–3 tahun) dan panjang (7–10 tahun),” jelasnya dalam konferensi pers virtual, Senin (7/7).
Saham Teknologi AS Menarik, Tapi Lebih Prospektif di Asia dan Eropa
Meski pasar saham AS dinilai terlalu optimistis, sektor teknologi AS, khususnya yang terkait AI seperti Nvidia, masih tetap menjanjikan. Namun secara umum, DBS memilih untuk mengurangi bobot (underweight) terhadap saham AS.
Sebaliknya, DBS justru melihat peluang lebih besar di Eropa dan Asia (di luar Jepang). Saham Eropa dianggap punya stabilitas fiskal dan imbal hasil dividen menarik, sementara saham China menawarkan valuasi rendah dengan potensi pertumbuhan tinggi.
“Kami menyarankan penambahan bobot (overweight) untuk pasar Eropa dan Asia, karena valuasinya terdiskon dan dorongan fiskal di kawasan tersebut semakin kuat,” ujar Hou.
Emas Jadi Aset Aman di Segala Skenario
Dalam menghadapi potensi perubahan kebijakan besar di bawah pemerintahan Trump yang akan datang, emas dinilai sebagai instrumen investasi yang tetap kuat.
“Emas diuntungkan dalam hampir semua skenario—baik karena turunnya imbal hasil obligasi, ketidakpastian ekonomi, maupun kebijakan tarif,” tegas Hou.
Aset Privat: Waspada Tapi Tetap Ada Peluang
Untuk sektor aset privat, Hou menyarankan investor melihat peluang pada middle market buyouts dan growth private equity, sambil tetap mewaspadai penurunan sentimen terhadap komoditas global.
“Risiko terhadap sektor komoditas meningkat, tetapi logam mulia seperti emas masih menjadi pengecualian yang menarik,” tutupnya.
Kesimpulan
Dengan dinamika global yang masih tinggi, DBS menekankan pentingnya diversifikasi dan kualitas dalam portofolio investasi. Emas, obligasi berkualitas, dan saham di pasar Asia serta Eropa menjadi pilihan utama DBS untuk kuartal III-2025. (Hky)