JagatBisnis.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tengah menghadapi tantangan besar di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah, pasokan gas yang belum stabil, serta margin distribusi yang terus tertekan akibat mahalnya pengadaan gas alam cair (LNG). Meskipun kinerja di kuartal I-2025 mencatat penurunan laba bersih hingga 48,8% secara tahunan menjadi US$ 62 juta, PGAS tetap menatap sisa tahun ini dengan strategi dan optimisme baru.
Pasokan Gas Domestik Bakal Meningkat
Salah satu angin segar datang dari hasil kerja sama dengan konsorsium West Natuna Group yang memungkinkan pengalihan gas ekspor ke Singapura menjadi suplai untuk pasar domestik. Tambahan pasokan ini diperkirakan mencapai 71,83 BBTUD dan akan memperkuat volume distribusi PGAS sepanjang tahun 2025.
Volatilitas Rupiah Masih Jadi Tantangan
Meski sempat terbantu oleh penguatan rupiah, risiko dari beban operasional berbasis dolar AS masih menghantui. Pergerakan nilai tukar yang tidak stabil dinilai dapat menggerus efisiensi perusahaan, apalagi dalam kondisi beban biaya yang besar.
Analis Masih Beri Harapan, Tapi Waspadai Risiko
Beberapa analis pasar saham memberikan penilaian yang beragam terhadap prospek saham PGAS:
-
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.715, seiring proyeksi peningkatan distribusi gas dan efisiensi biaya.
-
OCBC Sekuritas memilih untuk menahan (hold) dengan target harga Rp 1.810, sembari menunggu kepastian terkait keberlanjutan pasokan dan pemulihan margin.
OCBC memproyeksikan laba bersih PGAS sepanjang 2025 akan berada di kisaran US$ 342,2 juta, dengan pertumbuhan pendapatan yang tipis, sekitar 2% menjadi US$ 3,86 miliar. Namun, beberapa tekanan tetap membayangi, seperti margin distribusi yang tergerus, volume transmisi gas yang turun, serta penurunan lifting di sektor hulu migas akibat penurunan produksi di Blok Pangkah.
Jaga Arah Bisnis Lewat Ekspansi dan Diversifikasi
Di tengah tekanan tersebut, PGAS tetap agresif menjalankan sejumlah proyek strategis:
-
Pembangunan infrastruktur: Proyek pipa gas Tegal–Cilacap dan Cisem Fase II terus dikebut untuk mendukung permintaan industri dan kilang Pertamina.
-
Penambahan jargas rumah tangga: PGAS menargetkan 200.000 sambungan gas baru di 2025.
-
Diversifikasi bisnis: Termasuk pengembangan segmen LNG melalui FSRU Lampung dan masuk ke energi hijau lewat proyek biomethane.
-
Penguatan portofolio hulu: Dengan mengejar perpanjangan kontrak blok migas seperti Muara Bakau dan Muriah.
Kesimpulan: Masih Ada Potensi, Tapi Perlu Waspada
PGAS masih memiliki fondasi bisnis yang kuat, terutama jika tambahan pasokan gas dan proyek infrastruktur berhasil terealisasi tepat waktu. Namun, tekanan pada margin dan tantangan pasokan tetap perlu menjadi perhatian. Untuk investor, ini bisa menjadi saham yang menarik — tapi hanya bagi mereka yang siap menghadapi volatilitas. (Hky)