JagatBisnis.com – Anggota Komisi XII DPR RI, Ramson Siagian, mengungkapkan bahwa dalam pembahasan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) akan digantikan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Menurut Ramson, pengalihan ini disebabkan oleh semakin sulitnya pasokan gas domestik serta tingginya biaya pengangkutan gas atau toll fee. “Kapasitas gas mulai terbatas, dan harganya tinggi. Seperti yang terjadi di Batam, kami sudah mulai kekurangan gas,” jelasnya.
PLTN Pertama Indonesia Siap Dimulai
Rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia bertujuan menghasilkan kapasitas 500 Megawatt (MW), dengan tahap pengembangan dimulai pada tahun 2030, atau paling lambat pada 2034.
Namun, Ramson menyebutkan bahwa pengembangan PLTN masih terkendala pada studi kelayakan yang belum memadai. Ia juga menekankan pentingnya kerjasama internasional, baik dalam bentuk government-to-government (GtoG) maupun business-to-business (BtoB) untuk menyukseskan proyek ini.
Target PLTN dalam Jangka Panjang
Sebelumnya, dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) hingga tahun 2060, pemerintah Indonesia mencanangkan target untuk membangun kapasitas 35 gigawatt (GW) dari PLTN. Proyek ini bertujuan untuk mendukung target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 72% pada tahun 2060. (Zan)