JagatBisnis.com – Emiten jasa pertambangan, PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID), melaporkan pencapaian pendapatan neto sebesar US$ 1,76 miliar pada akhir tahun 2024. Meskipun angka ini masih tergolong besar, namun terdapat penurunan sebesar 3,83% dibandingkan dengan pendapatan neto tahun 2023 yang tercatat sebesar US$ 1,83 miliar.
Pendapatan Neto DOID: Kontribusi Utama dari Pelanggan Terkemuka
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan neto DOID berasal dari berbagai lini usaha, seperti penambangan batubara, jasa pertambangan, dan penyewaan alat berat. Pada tahun 2024, PT Indonesia Pratama menjadi pelanggan utama dengan kontribusi terbesar, yaitu sebesar US$ 411,23 juta. Diikuti oleh PT Berau Coal dan PT Adaro Indonesia yang masing-masing menyumbang pendapatan neto sebesar US$ 306,87 juta dan US$ 191,88 juta.
Peningkatan Beban Pokok Pendapatan dan Beban Usaha
DOID juga mencatatkan kenaikan tipis pada beban pokok pendapatan sebesar 0,63% yoy, dari US$ 1,59 miliar pada 2023 menjadi US$ 1,60 miliar pada 2024. Sementara itu, beban usaha perusahaan mengalami lonjakan yang lebih signifikan, yakni naik 5,84% yoy menjadi US$ 100,12 juta, dibandingkan dengan US$ 94,60 juta pada tahun sebelumnya.
Rugi Bersih dan Penurunan Aset
Sayangnya, meskipun pendapatan dari pelanggan utama tetap stabil, DOID harus mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 61,33 juta pada akhir 2024. Pada tahun sebelumnya, perusahaan justru berhasil meraih laba bersih sebesar US$ 36,01 juta.
Di sisi lain, total aset DOID tercatat menyusut sebesar 14,97% yoy, dari US$ 1,87 miliar pada 2023 menjadi US$ 1,59 miliar pada 2024. Nilai aset tersebut terdiri dari liabilitas sebesar US$ 1,39 miliar dan ekuitas yang tercatat sebesar US$ 193,47 juta.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Meskipun mengalami penurunan kinerja keuangan pada 2024, DOID masih memiliki peluang untuk bangkit, terutama dengan rencana akuisisi Dawson Complex yang diharapkan tuntas pada kuartal II-2025. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja finansial dan memperkuat posisi perusahaan di pasar pertambangan Indonesia.
Secara keseluruhan, tahun 2024 merupakan tantangan besar bagi DOID, namun perusahaan masih memiliki potensi untuk pulih dengan berbagai strategi yang tengah dijalankan. (Mhd)