JagatBisnis.com – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten pengembang panas bumi, menunjukkan optimisme tinggi untuk mencetak kinerja yang lebih baik pada tahun 2025. PGEO berencana untuk meningkatkan kemampuan produksi listrik, yang diyakini akan berhubungan langsung dengan pencapaian kinerja perusahaan ke depan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan pada akhir 2024, PGEO mencatatkan pendapatan sebesar US$ 407,12 juta, yang menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,20% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Namun, laba bersih PGEO mengalami penurunan 1,89% YoY, menjadi US$ 160,49 juta pada 2024.
Meskipun laba bersih menurun, Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menyatakan bahwa perusahaan tetap mempertahankan profitabilitas yang sehat, kas operasional yang kuat, dan efisiensi dalam pengelolaan biaya. PGEO juga berfokus pada penguatan posisi sebagai pemimpin industri panas bumi di Indonesia dengan strategi operasional yang berkelanjutan.
“Kinerja yang solid ini mencerminkan komitmen kami dalam mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan kontribusi terhadap transisi energi nasional,” ujar Julfi dalam keterbukaan informasi, Rabu (26/3).
Dari sisi operasional, PGEO membukukan produksi listrik panas bumi sebanyak 4.827,22 gigawatt hour (GWh) pada 2024, yang naik 1,96% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perusahaan ini juga mencatatkan peningkatan produksi di berbagai wilayah, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang yang tumbuh 5,36% YoY, PLTP Lahendong yang tumbuh 0,40% YoY, dan PLTP Lumut Balai yang tumbuh 2,72% YoY.
Untuk tahun 2025, Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, optimis bahwa perusahaan dapat meraih kinerja yang lebih baik dalam hal pendapatan dan laba bersih. Meskipun tidak mengungkapkan proyeksi pertumbuhan secara rinci, dia menegaskan bahwa PGEO akan terus meningkatkan produktivitas PLTP yang dimilikinya. Produksi listrik panas bumi sebesar 4.827,22 GWh yang tercatat pada 2024 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, dan PGEO menargetkan peningkatan produksi menjadi 4.930 GWh pada 2025.
PGEO juga akan menambah kapasitas pembangkit listriknya. Pada Juni 2025, PLTP Lumut Balai Unit 2 yang memiliki kapasitas 55 megawatt (MW) diharapkan dapat memasuki fase Commisioning Operation Date (COD). Saat ini, persiapan untuk proses COD sedang dimatangkan, dan seluruh peralatan pendukung operasional sudah siap ditempatkan.
Menurut Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, PGEO masih memiliki peluang besar untuk tumbuh positif seiring dengan meningkatnya permintaan energi terbarukan pada 2025. Selain itu, langkah-langkah perusahaan dalam menambah kapasitas dan meningkatkan efisiensi operasional diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan bisnis PGEO.
“PGEO masih berpeluang untuk meningkatkan margin dari momentum industri energi terbarukan, tetapi memang harus terus dipantau secara fundamental,” ujar Indy.
Indy juga merekomendasikan agar investor untuk melakukan wait and see terhadap saham PGEO, dengan target harga di level Rp 1.200 per saham. Pada Rabu (26/3), harga saham PGEO tercatat di level Rp 820 per saham, naik 5,13% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Meskipun demikian, harga saham PGEO sejak awal tahun telah terkoreksi 12,30% year to date (YTD). (Hky)