JagatBisnis.com – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan bahwa penerbitan surat utang korporasi di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai antara Rp 139,29 triliun hingga Rp 155,43 triliun, dengan kemungkinan titik tengah sebesar Rp 143,91 triliun. Proyeksi ini relatif stagnan jika dibandingkan dengan total penerbitan obligasi korporasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 149,7 triliun.
Faktor Pendorong Penerbitan Surat Utang
Salah satu faktor utama yang memengaruhi proyeksi ini adalah besarnya surat utang yang jatuh tempo pada tahun 2025, yang diperkirakan mencapai Rp 162 triliun. Di samping itu, ketidakpastian global, terutama akibat kebijakan baru yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor baja dan aluminium, turut memberi dampak pada pasar saham dan obligasi.
Ketidakpastian Global dan Dampaknya
Pefindo menyebutkan bahwa ketidakpastian global yang timbul dari kebijakan Trump telah mempengaruhi bursa saham, yang sebagian besar ditutup melemah pada Selasa (11/2). Trump, dengan kebijakan agresifnya, berusaha menurunkan yield US Treasury, yang saat ini telah mencapai 6,87%. Hal ini menambah kekhawatiran investor di pasar finansial global.
Potensi Obligasi Sebagai Alternatif Investasi
Meskipun adanya ketidakpastian global, Pefindo tetap optimis bahwa obligasi akan tetap menjadi alternatif investasi yang aman di tengah volatilitas ekonomi global. Hal ini didukung dengan kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Menurut riset keuangan Bank Permata, suku bunga yang lebih rendah ini diharapkan akan bertahan hingga akhir 2025, memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan refinancing.
Refinancing dan Obligasi Korporasi
Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 Pefindo, Yogie Surya Perdana, menambahkan bahwa dengan proyeksi suku bunga yang lebih rendah tahun ini, kupon obligasi yang terbentuk juga akan lebih rendah. Hal ini menjadikan refinancing menjadi pilihan yang menarik bagi korporasi untuk memperbaiki struktur pendanaan mereka.
Reaksi Terhadap Ketidakpastian
Yogie juga menyebutkan bahwa kebijakan Trump yang cukup agresif bisa menjadi katalis positif bagi obligasi korporasi. Hal ini disebabkan banyak investor yang cenderung mengalihkan dananya ke instrumen investasi yang lebih aman, seperti obligasi, daripada berinvestasi di saham atau melakukan right issue. (Zan)