JagatBisnis.com – PT Jababeka Tbk (KIJA), perusahaan yang bergerak di kawasan industri, mengungkapkan bahwa investor asal China telah memberikan kontribusi terbesar terhadap penjualan lahan industri pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Hingga kuartal III-2024, investor China berkontribusi sebesar 71% dari total marketing sales lahan industri KIJA, dengan nilai mencapai Rp 2,39 triliun. Angka ini setara dengan 96% dari target tahunan KIJA yang sebesar Rp 2,50 triliun.
Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan KIJA, menjelaskan bahwa kontribusi investor China ini telah tampak sejak diresmikannya Kawasan Industri Kendal (KIK) pada 2016. “Kawasan Industri Jababeka di Cikarang sejak awal memang terbuka untuk investor internasional, dan kini dihuni oleh lebih dari 20 negara, termasuk China,” ungkapnya dalam wawancara dengan KONTAN, Kamis (23/1).
Meskipun sempat terhambat oleh pandemi COVID-19, permintaan lahan dari investor China kembali mengalami tren pertumbuhan pesat pasca-pandemi, khususnya pada tahun 2023 dan berlanjut hingga kini. Beberapa sektor yang menjadi tujuan penggunaan lahan oleh investor China meliputi F&B, otomotif, baterai kendaraan listrik (EV), plastik, tekstil, dan alat rumah tangga.
Tren investasi ini diperkirakan akan terus berlanjut, didorong oleh semakin dikenalnya KIK sebagai lokasi investasi yang menarik, ditambah dengan fasilitas, infrastruktur yang mendukung, serta status kawasan ekonomi khusus.
Muljadi menambahkan, KIJA optimistis tren positif ini akan berlanjut hingga tahun 2025. “Permintaan lahan dari China masih terus berlanjut, dan kami melihat potensi pertumbuhan yang kuat di masa mendatang, khususnya dengan semakin berkembangnya tenant-tenant industri dari China di KIK,” ujar Muljadi.
Selain itu, pencapaian positif lainnya terlihat dari kinerja KIJA pada Q3 2024, yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih signifikan sebesar 232%, dengan total laba bersih mencapai Rp 769,7 miliar, dibandingkan dengan Rp 231,9 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan KIJA juga mengalami kenaikan 47%, mencapai Rp 3,36 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor Land Development & Property yang meningkat 65%. (Hky)