JagatBisnis.com – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk industri farmasi. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengakui bahwa fluktuasi kurs ini mempengaruhi operasional perusahaan, terutama terkait dengan bahan baku yang sebagian besar diimpor dari luar negeri.
Corporate Secretary PT Kimia Farma, Ganti Winarno Putro, menjelaskan bahwa kenaikan nilai tukar dolar AS berimbas langsung pada biaya bahan baku yang diproduksi di luar negeri, yang sering kali lebih kompetitif harganya. “Kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah memang memiliki dampak bagi operasional perusahaan, karena ada beberapa bahan baku yang hanya diproduksi di luar negeri,” ujarnya, Jumat (17/1).
Menghadapi Risiko Bisnis dari Fluktuasi Kurs
Kimia Farma telah memetakan risiko yang muncul akibat fluktuasi nilai tukar ini, yang juga dialami oleh banyak perusahaan farmasi lainnya. Namun, meskipun ada dampak terhadap operasional, Ganti menegaskan bahwa perusahaan tidak akan langsung menaikkan harga jual obat dalam waktu dekat.
“Kenaikan kurs dolar AS tidak serta merta kami jadikan dasar untuk menaikkan harga produk. Kami akan melakukan kajian ekonomis dan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya sebelum membuat keputusan terkait harga obat,” tegasnya.
Strategi untuk Menjaga Stabilitas Operasional
Untuk mengatasi ketidakpastian nilai tukar, Kimia Farma telah menyiapkan sejumlah langkah strategis guna menjaga stabilitas operasional. Salah satunya adalah mencari alternatif bahan baku lokal dan memaksimalkan produksi melalui anak perusahaan, Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.
Selain itu, perusahaan juga mempertimbangkan opsi untuk melakukan hedging guna melindungi diri dari risiko mata uang asing. “Kami juga mempertimbangkan kemungkinan melakukan hedging atas risiko mata uang asing,” tambah Ganti.
Ganti menegaskan bahwa Kimia Farma tetap berkomitmen untuk menjaga ketersediaan obat di pasar nasional dan akan terus berupaya menjaga stabilitas harga serta memastikan pasokan obat tetap tersedia bagi masyarakat.
Kesimpulan
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS memang memberi tantangan bagi industri farmasi, khususnya dalam hal biaya bahan baku impor. Namun, dengan strategi yang matang, seperti mencari alternatif bahan baku lokal dan melakukan langkah-langkah antisipasi lainnya, Kimia Farma berusaha untuk memitigasi dampak tersebut dan tetap menjaga kestabilan harga serta pasokan obat bagi masyarakat. (Mhd)