Ekbis  

PT Brigit Biofarmaka (OBAT) Optimistis Tetap Tahan Terhadap Pelemahan Rupiah

PT Brigit Biofarmaka (OBAT) Optimistis Tetap Tahan Terhadap Pelemahan Rupiah. foto dok brigit.id

JagatBisnis.com – Emiten kesehatan, PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT), yang bergerak di sektor maklon herbal, obat tradisional, kosmetik, dan minuman fungsional, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejauh ini belum memberikan dampak signifikan terhadap operasional perusahaan. Hal ini disebabkan oleh porsi impor bahan baku yang relatif kecil, berkisar antara 20%-35%.

Direktur Utama PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk, Is Heriyanto, menjelaskan bahwa karena sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari sumber lokal, perusahaan lebih tahan terhadap fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan perusahaan farmasi yang lebih bergantung pada bahan baku kimia impor. Pada umumnya, perusahaan farmasi memiliki porsi bahan baku impor kimia yang mencapai 90%-95%.

Baca Juga :   Brigit Biofarmaka Teknologi (OBAT) Resmi Melantai di BEI, Targetkan Pertumbuhan Laba 20% di 2025

“Kami terus memantau perkembangan nilai tukar untuk memitigasi potensi dampaknya, tetapi sejauh ini kami belum merasakan efek besar pada biaya produksi,” kata Heriyanto.

Menurutnya, nilai tukar yang ideal bagi industri farmasi Indonesia pada 2025 diperkirakan berada di kisaran Rp14.500–Rp15.000 per dolar AS. Pada tingkat ini, keseimbangan antara stabilitas harga bahan baku impor dan daya beli masyarakat dapat terjaga dengan baik. Namun, jika nilai tukar rupiah melampaui Rp16.000 per dolar AS, dampaknya terhadap biaya operasional dan beban finansial perusahaan akan semakin terasa, terutama bagi perusahaan dengan utang dalam dolar AS.

Baca Juga :   Pelemahan Rupiah Berdampak Negatif di Dunia Usaha

Untuk mengantisipasi potensi penurunan nilai tukar, Brigit Biofarmaka telah menyiapkan beberapa strategi, antara lain diversifikasi sumber bahan baku, meningkatkan kerja sama dengan pemasok lokal, dan melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar. Perusahaan juga meningkatkan efisiensi di seluruh lini produksi dan distribusi untuk menekan biaya tambahan.

“Melakukan negosiasi dengan mitra pemasok, menjalin komunikasi intensif dengan pemasok internasional untuk mendapatkan harga lebih kompetitif dan syarat pembayaran yang lebih fleksibel,” tambahnya.

Baca Juga :   Pelemahan Rupiah Jadi Angin Segar untuk Ekspor Furnitur Indonesia, HIMKI Optimis

Terkait dengan kemungkinan kenaikan harga produk, Heriyanto menegaskan bahwa keputusan tersebut akan dipertimbangkan dengan hati-hati. “Kami berkomitmen untuk menjaga keterjangkauan produk kami bagi masyarakat. Namun, jika situasi terus berlanjut dan mempengaruhi biaya produksi, kami akan melakukan analisis dampak secara menyeluruh. Jika penyesuaian harga diperlukan, kami akan melakukannya secara bertahap dan transparan,” jelasnya.

Dengan strategi yang matang dan langkah mitigasi yang terencana, Brigit Biofarmaka tetap optimistis dapat menjaga stabilitas operasional dan terus menyediakan produk berkualitas bagi masyarakat. (Zan)