JagatBisnis.com – PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT), perusahaan teknologi yang tengah berkembang pesat, menargetkan pertumbuhan pendapatan minimal 30% pada tahun 2025. Target ini didorong oleh kinerja positif yang tercatat pada sembilan bulan pertama tahun 2024, di mana pendapatan ELIT melonjak 137% menjadi Rp 45 miliar dari sebelumnya Rp 19 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perusahaan juga mengalami lonjakan signifikan sebesar 174%, dari Rp 8,1 miliar menjadi Rp 22,2 miliar secara tahunan (YoY).
“Untuk target pertumbuhan tahun 2025, minimal 30%. Kami akan fokus pada ekspansi dan penguatan lini bisnis yang ada, termasuk memperkuat infrastruktur teknologi kami,” ungkap Presiden Direktur Elitery, Kresna Adiprawira, pada Rabu (15/1).
Untuk mendukung pencapaian tersebut, ELIT merencanakan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar sekitar Rp 50 miliar pada tahun 2025. Dana tersebut akan dialokasikan untuk ekspansi anak usaha, pembelian server, dan lisensi teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan layanan AI dan cloud computing yang tengah digencarkan oleh perusahaan.
“Investasi ini akan memperkuat kapasitas server kami dan memastikan kelancaran inovasi produk teknologi kami di masa depan,” tambah Kresna.
Meski mencatatkan hasil yang menggembirakan, ELIT juga menghadapi tantangan besar terkait dengan kebijakan pembatasan ekspor chip AI yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Pembatasan ini berpotensi menghambat akses terhadap chip terbaru yang digunakan dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Kresna mengakui bahwa meskipun pembatasan ini dapat memengaruhi perkembangan jangka panjang, chip yang tersedia di Indonesia saat ini masih cukup untuk mendukung kebutuhan pasar domestik AI. “Pembatasan ini bisa menjadi hambatan di masa depan, namun dalam waktu dekat, chip yang ada masih dapat mendukung kebutuhan pasar AI di Indonesia,” jelasnya.
Untuk mengatasi potensi kekurangan pasokan chip AI, ELIT telah mengambil langkah strategis dengan menjalin kerja sama dengan penyedia layanan cloud besar seperti Google Cloud Platform (GCP) dan Amazon Web Services (AWS) untuk memastikan ketersediaan chip yang dibutuhkan.
“Layanan AI kami tetap dapat berjalan dengan chip AI yang tersedia melalui GCP dan AWS. Kami juga terus memantau perkembangan kebijakan dan menyiapkan langkah mitigasi untuk menghadapi potensi risiko pembatasan pasokan chip,” kata Kresna.
Selain itu, ELIT juga memperluas bisnisnya ke negara-negara lain, termasuk Malaysia, untuk mengurangi ketergantungan pada chip dari AS. Kresna menyebutkan bahwa Malaysia adalah lokasi strategis yang memungkinkan perusahaan mengakses rantai pasokan teknologi yang lebih beragam dan tidak terpengaruh oleh pembatasan ekspor chip.
“Malaysia tidak terkena pembatasan ekspor chip AI, jadi kami melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat kolaborasi dengan penyedia chip lokal dan meningkatkan kelangsungan operasional kami di masa depan,” jelasnya.
Dengan strategi mitigasi yang matang dan fokus pada inovasi, ELIT tetap optimistis dapat mempertahankan daya saingnya dan terus berinovasi di pasar teknologi Indonesia. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung perkembangan sektor AI dan cloud computing di Indonesia, yang akan menjadi pendorong utama transformasi digital di berbagai industri. (Mhd)