JagatBisnis.com – Rencana pemerintah untuk meningkatkan penggunaan biodiesel dari B30 ke B40 pada Februari 2025 berpotensi memberikan dampak negatif bagi kinerja industri pertambangan, khususnya di sektor alat berat. Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia, mengungkapkan bahwa peningkatan kadar FAME (Fatty Acid Methyl Esters) dalam biodiesel dapat memperburuk biaya pemeliharaan alat-alat pertambangan.
Dampak pada Pemeliharaan Alat Berat
Menurut Hendra, penggunaan biodiesel dengan kadar FAME yang lebih tinggi dapat meningkatkan beban pemeliharaan alat pertambangan. “Peningkatan kadar FAME dalam biodiesel pasti makin berat akibatnya pada maintenance karena sifat-sifat FAME yang negatif,” ujarnya. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat kimiawi FAME yang dapat mempercepat keausan mesin, yang pada gilirannya meningkatkan biaya pemeliharaan alat berat di sektor pertambangan.
Potensi Kenaikan Biaya dan Perubahan Skema Subsidi
Selain itu, Hendra juga mengingatkan bahwa perubahan skema subsidi yang berlaku untuk B40 dapat menyebabkan peningkatan biaya operasional di sektor pertambangan. Pemerintah sebelumnya memberikan subsidi untuk seluruh kuota biodiesel jika harga FAME lebih tinggi dari harga bahan bakar fosil. Namun, dengan harga FAME yang kini jauh lebih tinggi daripada bahan bakar fosil, subsidi hanya akan diberikan untuk harga BBM di SPBU, sementara sisanya akan dibebankan kepada perusahaan.
Hal ini dapat terasa sangat berat bagi kontraktor pertambangan, terutama perusahaan-perusahaan yang bergantung pada penggunaan biodiesel dalam operasionalnya, seperti industri pertambangan batu bara. Kenaikan biaya yang signifikan ini bisa mengganggu profitabilitas perusahaan.
Alokasi Subsidi Biodiesel yang Terbatas
Dalam Program Mandatori B40, pemerintah melalui Kementerian ESDM mengalokasikan 15,6 juta kilo liter (kL) biodiesel, namun hanya 7,55 juta kL yang akan disubsidi melalui anggaran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Dengan demikian, hanya kurang dari 50% dari total kuota biodiesel yang akan menerima subsidi pemerintah. Sisanya akan dikenakan biaya pasar yang lebih tinggi, yang tentunya akan meningkatkan beban biaya bagi sektor-sektor yang bergantung pada biodiesel, termasuk industri pertambangan.
Tantangan dan Dampak pada Industri Pertambangan
Kenaikan biaya akibat perubahan skema subsidi dan pemeliharaan alat berat yang lebih mahal menjadi tantangan besar bagi industri pertambangan. Dalam menghadapi rencana implementasi B40, perusahaan pertambangan perlu melakukan penyesuaian dalam strategi pengelolaan biaya operasional dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengatasi dampak yang mungkin timbul.
Dengan berbagai potensi tantangan yang dihadapi, sektor pertambangan di Indonesia perlu menyusun kebijakan dan adaptasi yang cermat untuk menghadapi transisi menuju B40, sambil terus mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan. (Hky)