JagatBisnis.com – Meskipun pasar otomotif di Indonesia mengalami penurunan, PT Astra International Tbk (ASII) berhasil mencatatkan kinerja positif untuk sembilan bulan pertama tahun 2024. Hingga akhir September 2024, perusahaan melaporkan pendapatan bersih sebesar Rp 246,33 triliun, meningkat 2,24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat Rp 240,9 triliun.
Laba Bersih Stabil
Setelah memperhitungkan beban pokok pendapatan dan biaya lainnya, Astra mencatat laba bersih sebesar Rp 25,85 triliun. Kenaikan laba ini terbilang tipis, hanya meningkat 0,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menyatakan bahwa meski laba dan pendapatan hanya naik sedikit, kinerja positif ini masih menunjukkan daya tarik bagi ASII.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Laba bersih ASII didukung oleh beberapa sektor bisnis utama, di antaranya alat berat dan pertambangan yang menyumbang Rp 9,57 triliun, segmen otomotif Rp 8,45 triliun, dan jasa keuangan yang berkontribusi Rp 6,23 triliun. Ketiga sektor ini bersama-sama menyumbang sekitar 94% dari total laba perusahaan. Nico menekankan bahwa diversifikasi ini membuat saham ASII tetap menarik, meskipun penjualan kendaraan mengalami penurunan.
Penjualan Mobil dan Pangsa Pasar
Astra juga mengalami penurunan penjualan mobil, yang tercatat turun 8,97% year-on-year (YoY) menjadi 40.096 unit pada September 2024. Pada segmen mobil murah ramah lingkungan (LCGC), penjualan turun 15,9% YoY menjadi 10.222 unit. Meskipun demikian, Astra berhasil mempertahankan pangsa pasar stabil di angka 57%, meningkat dari 56% pada tahun sebelumnya, dengan total penjualan kumulatif sebanyak 357.802 unit.
Toyota dan Lexus menjadi kontributor utama penjualan, dengan 210.349 unit, diikuti oleh Daihatsu dengan 125.849 unit. Astra juga mencatatkan peningkatan pangsa pasar LCGC menjadi 75%.
Tantangan di Sektor Otomotif
Miftahul Khaer, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyoroti tantangan yang dihadapi sektor otomotif, termasuk penurunan daya beli masyarakat dan persaingan yang semakin ketat akibat masuknya kendaraan dari China dan Korea. Lemahnya permintaan di sektor otomotif juga berdampak pada kinerja ASII yang tipis.
Meskipun begitu, Miftah optimis bahwa sentimen positif di sektor otomotif dapat kembali menguat, didorong oleh stabilnya suku bunga dan nilai tukar. Hal ini diharapkan dapat mendukung daya beli konsumen dan meningkatkan permintaan kendaraan.
Proyeksi Ke Depan
Proyeksi laba Astra di akhir tahun masih cenderung stagnan dengan revisi proyeksi penjualan mobil nasional oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dari 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit pada akhir 2024. Namun, Nico percaya bahwa ASII masih menarik dari segi valuasi pasar dan perlu memperkuat lini bisnis lainnya untuk mengurangi ketergantungan pada sektor otomotif.
Rekomendasi saham untuk ASII bervariasi, dengan Miftah merekomendasikan “buy on retracement” dengan target harga Rp 5.275 per saham, sementara Nico dan Christopher memberikan target harga masing-masing Rp 5.700 dan Rp 6.050 per saham.
Kesimpulan
Dengan diversifikasi yang solid dan kinerja yang masih positif di tengah tantangan pasar, PT Astra International Tbk menunjukkan ketahanan dan potensi yang menarik bagi investor, meskipun situasi di sektor otomotif tetap perlu diawasi. (Zan)