JagatBisnis.com – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan reaktivasi sebanyak 1.400 sumur yang saat ini tidak aktif, atau dikenal sebagai idle well, dalam upaya untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi. Corporate Secretary PHE, Arya Dwi Paramita, mengungkapkan bahwa strategi ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk memaksimalkan produksi dari wilayah kerja yang ada, serta menyiapkan berbagai skenario untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Progres Reaktivasi Sumur
Arya menjelaskan bahwa reaktivasi sumur-sumur idle di wilayah kerja Pertamina telah mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Dari 2021 hingga 2023, PHE berhasil mereaktivasi 2.165 sumur dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 28%. “Pada tahun 2024, kami menargetkan reaktivasi sekitar 1.400 sumur,” kata Arya, menunjukkan komitmen PHE untuk mengelola aset dan meningkatkan produksi migas secara berkelanjutan.
Kerjasama dengan SKK Migas
PHE juga telah berkoordinasi dengan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menjajaki peluang pengelolaan sumur idle dengan melibatkan mitra. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menambahkan bahwa sejak pengelolaan Blok Rokan pada 2022, Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah berhasil mereaktivasi lebih dari 600 sumur idle.
Kebijakan Pemerintah Terkait Sumur Idle
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, sebelumnya mengungkapkan rencana untuk mencabut izin pengelolaan sumur-sumur yang tidak aktif. Dari 44.985 sumur migas yang ada, 16.990 di antaranya dianggap idle. Bahlil menegaskan bahwa jika sumur tersebut tidak dikelola dengan baik oleh kontraktor, termasuk BUMN seperti Pertamina, izin pengelolaannya akan dicabut dan ditawarkan kepada pihak yang lebih mampu meningkatkan produksi.
Harapan untuk Peningkatan Produksi
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan lifting minyak nasional yang saat ini berada di angka 600.000 barel per hari. Pertamina sendiri menguasai 65% dari produksi tersebut. Bahlil juga menekankan pentingnya intervensi teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dia mengutip contoh Blok Cepu yang berhasil meningkatkan produksi dari 100.000 barel per hari menjadi 150.000 barel dengan penerapan teknologi yang tepat.
Kesimpulan
Dengan fokus pada reaktivasi sumur idle dan optimalisasi teknologi, PHE dan pemerintah optimis dapat meningkatkan produksi migas nasional secara signifikan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor migas. (Hky)