JagatBisnis.com – PT Pertamina International Shipping (PIS) mengambil langkah signifikan untuk mendukung pengurangan emisi karbon dengan mengimplementasikan kapal dual fuel dan bahan bakar hijau. Perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 978 kiloton CO2 pada tahun 2030, sebagai bagian dari rencana jangka panjang menuju nol emisi pada tahun 2050. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan yang ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO) dan Paris Agreement mengenai perubahan iklim, serta melampaui target pemerintah Indonesia yang menetapkan nol emisi pada tahun 2060.
Direktur Perencanaan Bisnis PIS, Eka Suhendra, menekankan pentingnya komitmen perusahaan untuk mengurangi dampak negatif industri pelayaran terhadap lingkungan. “Industri shipping berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global, terutama dari pembakaran bahan bakar kapal. Oleh karena itu, kami bertekad untuk mengimplementasikan inovasi dan teknologi terbaru, termasuk penggunaan bahan bakar hijau seperti LPG, LNG, dan amonia,” ujarnya dalam siaran pers pada Jumat (11/10).
Saat ini, lebih dari 50% kapal yang dioperasikan oleh PIS sudah mampu menggunakan biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan. PIS juga menjadi pelopor dalam penggunaan kapal dual fuel, dengan enam kapal di armada yang telah memanfaatkan LPG dan LNG sebagai alternatif. Sebanyak 40 kapal di armada PIS dilengkapi dengan perangkat hemat energi yang meningkatkan efisiensi bahan bakar antara 3-20%. Selain itu, PIS menerapkan pembatasan daya mesin dan manajemen pelayaran untuk lebih lanjut mengurangi emisi.
Eka juga menambahkan bahwa armada PIS telah mendapatkan sertifikasi internasional yang menunjukkan standar tinggi dalam implementasi kebijakan keberlanjutan, baik dari segi bisnis maupun operasional. “Lebih dari 30% armada kami telah memperoleh sertifikat EEXI (Energy Efficiency Existing Ship Index) dan CII (Carbon Intensity Indicator), sesuai regulasi dan standar IMO. Ini mencerminkan komitmen kami terhadap keberlanjutan dan pengurangan dampak lingkungan dalam industri pelayaran,” tambah Eka.
Sementara itu, Global Head of LNG Fearnleys, Per Christian Fett, menekankan pentingnya regulasi yang memberikan insentif bagi pelaku industri untuk mendorong inovasi dalam penggunaan bahan bakar hijau. “Banyak teknologi baru memerlukan investasi awal yang signifikan serta penelitian dan pengembangan yang mendalam. Dukungan berupa hibah atau bantuan pemerintah sangat penting agar perusahaan dapat lebih mudah beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan dan efisien,” ungkap Christian.
Dengan langkah-langkah ini, PIS menunjukkan bahwa industri pelayaran dapat berkontribusi pada keberlanjutan global dan menjadi contoh bagi perusahaan lain dalam mengurangi emisi karbon, sejalan dengan tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak. (Mhd)