Ekbis  

Ancaman Krisis Baja dari China: PT Krakatau Steel Menghadapi Penurunan Pendapatan

Ancaman Krisis Baja dari China: PT Krakatau Steel Menghadapi Penurunan Pendapatan. foto dok ayo.im

JagatBisnis.com – Pelaksana Tugas (PLT) Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Tardi, mengungkapkan bahwa perseroan menghadapi risiko penurunan pendapatan akibat krisis baja yang sedang melanda China. Menurutnya, fenomena dumping baja dari China, yang dijual dengan harga jauh lebih murah dibandingkan produk lokal, berpotensi mengganggu kinerja industri baja nasional.

“Tentu saja akan terjadi penurunan pendapatan karena harga baja dumping dari China jauh lebih murah dari harga baja pemain lokal,” ungkap Tardi dalam pernyataannya pada Sabtu (5/10).

Oversupply di Pasar Domestik

Tardi menegaskan bahwa jika dumping baja dari China terus berlanjut, hal itu akan menyebabkan oversupply yang signifikan di pasar domestik. “Saat ini, permintaan baja nasional, khususnya untuk Hot Rolled (HR), tidak sebanding dengan kapasitas produksi lokal yang mencapai 10,7 juta ton per tahun, terutama dengan masuknya pemain baru di industri baja Indonesia pada tahun 2024,” tambahnya.

Baca Juga :   Krakatau Steel Laporkan Kinerja Keuangan Kuartal I-2024: Masih Mencatat Rugi Bersih

Kondisi ini, jika ditambah dengan impor baja dari China, akan semakin menekan harga baja lokal. “Dengan demikian, kinerja perseroan dan produsen lokal lainnya pasti akan menurun,” tegas Tardi.

Penurunan Kinerja dan Dampak Oversupply Global

Kinerja industri baja nasional, khususnya KRAS, sedang berada dalam kondisi menurun. Tardi menjelaskan bahwa beberapa faktor berkontribusi terhadap situasi ini, termasuk penurunan tren harga baja global dan banjirnya barang impor. “Kondisi harga baja yang menurun disebabkan oleh oversupply di China, sehingga negara tersebut terpaksa membuang produknya ke negara lain, termasuk Indonesia, dengan harga murah,” jelasnya.

Baca Juga :   Krakatau Steel Laporkan Kinerja Keuangan Kuartal I-2024: Masih Mencatat Rugi Bersih

Data dari Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional (IISIA) menunjukkan bahwa kapasitas produksi produsen baja nasional saat ini masih lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestik. “Ini menunjukkan bahwa tidak ada kendala dalam kapasitas industri baja nasional untuk memenuhi permintaan, sehingga seharusnya tidak diperlukan impor untuk produk tertentu seperti Hot Rolled Coil (HRC) dan Hot Rolled Plate (HRP),” katanya.

Implikasi Investasi dan Potensi Kerugian

Selain itu, Tardi menyebutkan bahwa adanya investasi dan pengembangan fasilitas produksi dari produsen baja nasional di tahun 2024 akan meningkatkan kapasitas produksi. Namun, jika impor baja dari China terus berlangsung tanpa antisipasi yang baik, dampaknya bisa sangat merugikan bagi produsen baja nasional. “Kondisi ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan dari sisi penjualan dan utilisasi yang semakin rendah,” tutup Tardi.

Baca Juga :   Krakatau Steel Laporkan Kinerja Keuangan Kuartal I-2024: Masih Mencatat Rugi Bersih

Kesimpulan

Dengan tantangan yang dihadapi, PT Krakatau Steel dan produsen baja nasional lainnya perlu memikirkan strategi yang tepat untuk mengatasi ancaman dumping baja dari China. Mempertahankan daya saing dan meningkatkan efisiensi produksi akan menjadi kunci untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat ini. (Zan)