Ekbis  

Ekspor Batubara Indonesia ke China: Tahan Terhadap Oversupply Baja

Ekspor Batubara Indonesia ke China: Tahan Terhadap Oversupply Baja. foto dok jasaimport-barang.com

JagatBisnis.com – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menegaskan bahwa kelebihan pasokan baja (oversupply) di China tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor batubara Indonesia ke negara tersebut. Meskipun industri baja bergantung pada batubara untuk proses produksinya, mayoritas ekspor batubara Indonesia ke China adalah thermal coal, bukan coking coal yang lebih terkait dengan produksi baja.

Penjelasan APBI tentang Eksport Batubara

Plt Direktur Eksekutif APBI, Gita Mahyarani, menjelaskan bahwa pengaruh oversupply baja di China terhadap ekspor batubara Indonesia tidak terlalu besar. “Meskipun ada dampak, tidak akan signifikan,” ujarnya pada Rabu (2/10). Gita memperkirakan bahwa permintaan untuk batubara Indonesia, terutama menjelang musim dingin, akan tetap positif, dengan proyeksi permintaan yang meningkat karena kegiatan restocking.

Baca Juga :   Pemerintah Dorong Ekspor Batubara di Era Joko Widodo.

Hingga Agustus 2024, APBI mencatat ekspor batubara Indonesia ke China mencapai 144,94 juta ton. Realisasi total ekspor batubara Indonesia hingga 2 Oktober 2024 telah mencapai 301,33 juta ton. Gita optimis bahwa tren ekspor batubara Indonesia di semester kedua tahun ini akan tetap positif, dengan estimasi kenaikan ekspor antara 5-10%.

Prospek dan Permintaan Musiman

Permintaan batubara dari China dan India tetap tinggi, dan harga batubara diprediksi akan terus meningkat seiring dengan permintaan musiman. Menurut Gita, China, menjelang musim dingin, akan meningkatkan permintaan batubara untuk pemanas. “Dengan tren ini, kita bisa berharap harga batubara akan naik hingga akhir tahun,” katanya.

Baca Juga :   Pemerintah Dorong Ekspor Batubara di Era Joko Widodo.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), yang menyatakan bahwa ekspor batubara Indonesia ke China sebagian besar terdiri dari thermal coal untuk pembangkit listrik, sehingga dampak oversupply baja tidak signifikan.

Dampak Krisis Baja di China

Krisis di industri baja China, yang disebabkan oleh penurunan permintaan dan kerugian besar-besaran, menjadi latar belakang penting dalam dinamika ini. Laporan Bloomberg menunjukkan bahwa hampir tiga perempat produsen baja di China mengalami kerugian, termasuk beberapa perusahaan besar seperti Xinjiang Ba Yi Iron & Steel Co dan Gansu Jiu Steel Group.

Baca Juga :   Pemerintah Dorong Ekspor Batubara di Era Joko Widodo.

Meskipun demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa China tetap menjadi negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia, berada di posisi kedua setelah India. Pada tahun 2023, volume ekspor batubara ke China mencapai 81,68 juta ton, meningkat 17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kesimpulan

Dengan proyeksi permintaan yang tetap tinggi dari China dan India, serta harga yang berpotensi meningkat, ekspor batubara Indonesia tampaknya akan terus mengalami pertumbuhan positif. Meskipun ada tantangan dari oversupply baja, APBI dan IMA percaya bahwa pasar batubara Indonesia tetap kuat dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada. (Hky)