Ekbis  

Malaysia Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 2,75%, Respons Terhadap Ketidakpastian Global dan Tarif AS

Malaysia Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 2,75%, Respons Terhadap Ketidakpastian Global dan Tarif AS

JagatBisnis.com – Bank Negara Malaysia (BNM) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2,75% pada Rabu (9/7), sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional di tengah meningkatnya ketidakpastian global, terutama akibat kebijakan tarif terbaru dari Amerika Serikat.

Pemangkasan suku bunga kebijakan semalam atau Overnight Policy Rate (OPR) ini merupakan penurunan pertama sejak Mei 2023, dan sesuai ekspektasi mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Dengan keputusan ini, tingkat koridor atas dan bawah OPR juga disesuaikan menjadi 3% dan 2,5%.

Respons atas Ketegangan Perdagangan dan Prospek Pertumbuhan yang Melemah

Langkah BNM datang hanya sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 25% atas sejumlah ekspor dari Malaysia ke Amerika Serikat—kebijakan yang dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi perdagangan bilateral dan menekan kinerja ekspor Malaysia.

Dalam pernyataannya, BNM menegaskan bahwa prospek pertumbuhan global saat ini dibayangi oleh ketidakpastian tarif, ketegangan geopolitik, serta volatilitas pasar keuangan dan harga komoditas. Meskipun ekonomi domestik tetap dalam kondisi solid, faktor eksternal berpotensi mengganggu arah pemulihan dan ekspansi Malaysia.

“Penurunan OPR merupakan langkah pencegahan yang bertujuan mempertahankan jalur pertumbuhan Malaysia yang stabil di tengah prospek inflasi yang moderat,” tulis BNM dalam pernyataannya.

Data Ekonomi Lemah dan Proyeksi Pertumbuhan yang Direvisi

Malaysia telah menghadapi serangkaian data ekonomi yang kurang menggembirakan dalam beberapa bulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 4,4% pada kuartal I/2025, dan ekspor tercatat melemah secara tak terduga pada Mei. Sementara itu, inflasi tetap terkendali, dengan kenaikan harga konsumen sebesar 1,2% pada Juni, tingkat terendah dalam empat tahun.

Perdana Menteri Anwar Ibrahim sebelumnya mengakui bahwa target pertumbuhan antara 4,5% hingga 5,5% kemungkinan tidak akan tercapai. BNM pun menyatakan akan menyesuaikan kisaran proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini, seiring tekanan dari kebijakan tarif AS.

Sikap Kebijakan yang Lebih Dovish

Penurunan suku bunga ini menambah langkah pelonggaran kebijakan moneter lainnya, termasuk pemangkasan rasio giro wajib minimum (GWM) sebesar 100 basis poin menjadi 1,00% pada Mei 2025—penurunan pertama sejak pandemi COVID-19 dimulai pada 2020. Langkah ini mengindikasikan sikap kebijakan yang dovish dan fokus pada mendorong likuiditas sistem keuangan.

Proyeksi Inflasi Tetap Terkendali

BNM memperkirakan inflasi umum pada 2025 akan berada di kisaran 2% hingga 3,5%, sementara inflasi inti diperkirakan antara 1,5% hingga 2,5%. Sebagai perbandingan, inflasi keseluruhan dan inti masing-masing mencapai 1,8% pada tahun 2024.

Diplomasi Tarif dengan Amerika Serikat Masih Berlanjut

Kementerian Perdagangan Malaysia menegaskan komitmennya untuk melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat, dengan tujuan mengklarifikasi ruang lingkup serta dampak dari tarif yang diberlakukan. Pemerintah Malaysia menyatakan bahwa pembicaraan akan dilakukan dengan “itikad baik” untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. (Mhd)