JagatBisnis.com – PT Hutama Karya (Persero) resmi mengantongi kontrak proyek rehabilitasi jaringan irigasi di Provinsi Aceh dan Provinsi Riau. Proyek ini merupakan bagian dari Program Optimasi Lahan (OPLAH) Kementerian Pertanian, yang mendukung pencapaian swasembada pangan nasional sebagaimana tercantum dalam Asta Cita poin 2 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyampaikan bahwa proyek ini akan dimulai pada minggu pertama Juli 2025 dan ditargetkan selesai pada Oktober 2025. Seluruh pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025.
“Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam dari satu kali menjadi dua kali per tahun, sehingga produktivitas lahan petani meningkat signifikan,” ujar Adjib dalam keterangan resmi.
Fokus Rehabilitasi dan Teknologi Digital
Ruang lingkup proyek di Provinsi Aceh mencakup rehabilitasi jaringan irigasi di 11 kabupaten/kota, sementara di Provinsi Riau mencakup 3 kabupaten. Kegiatan utama meliputi normalisasi saluran, rehabilitasi struktur bangunan, serta pergantian pintu air rusak. Infrastruktur yang direhabilitasi mencakup saluran primer, sekunder, tersier, dan pintu air.
Rehabilitasi ini akan memberikan dampak langsung bagi sekitar 150 kelompok tani di lebih dari 150 desa. Dengan suplai air yang lebih andal, para petani dapat meningkatkan produktivitasnya melalui peningkatan indeks pertanaman menjadi dua kali setahun (IP2).
Hutama Karya juga mengintegrasikan teknologi digital dalam pelaksanaan proyek. Teknologi pemetaan LiDAR akan digunakan di Aceh, sementara di Riau akan digunakan drone untuk survei dan pemetaan lokasi pekerjaan, guna meningkatkan akurasi dan efisiensi pelaksanaan.
Dampak Ekonomi Lokal dan Kolaborasi Lapangan
Selain dampak terhadap sektor pertanian, proyek ini juga akan memberi kontribusi terhadap ekonomi lokal melalui penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
Untuk menghindari gangguan terhadap aktivitas pertanian selama proses konstruksi, perusahaan akan rutin berkoordinasi dengan para petani, pemerintah desa, serta pemangku kepentingan lain untuk menyusun metode kerja yang adaptif dan responsif terhadap kondisi lapangan.
“Rehabilitasi jaringan irigasi ini adalah investasi strategis untuk ketahanan pangan nasional. Dengan meningkatnya produktivitas lahan di Aceh dan Riau, kami optimistis proyek ini memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan swasembada pangan 2025,” tutup Adjib. (mhd)