Ekbis  

Produksi Banyu Urip Dipacu, ExxonMobil Siap Lampaui Target Lifting 2025

Produksi Banyu Urip Dipacu, ExxonMobil Siap Lampaui Target Lifting 2025

JagatBisnis.com – PT ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menyatakan optimistis mampu melampaui target produksi siap jual (lifting) minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Senior Vice President EMCL, Muhammad Nurdin, mengungkapkan bahwa rata-rata produksi minyak dari Banyu Urip diperkirakan bisa mencapai 151.000 barel per hari (bph) sepanjang 2025. Angka tersebut jauh melampaui target lifting dalam APBN yang dipatok sebesar 136.000 bph.

“Insya Allah, sampai akhir tahun ini kami optimistis dapat mengirimkan sekitar 15.000 barel per hari lebih tinggi dari target yang ditetapkan,” ujar Nurdin dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (1/7).

Jika terealisasi, maka total lifting tahunan dari Lapangan Banyu Urip akan menyentuh angka sekitar 55 juta barel sepanjang 2025.

Sumur BUIC Jadi Andalan

Capaian tinggi ini tidak lepas dari keberhasilan program Banyu Urip Infill Clastic (BUIC), yang menargetkan lapisan klastik tambahan dari reservoir eksisting. Seluruh sumur yang tergabung dalam program BUIC dikabarkan sudah mulai berproduksi, dan saat ini perusahaan fokus mengoptimalkan output dari sumur-sumur tersebut.

“Kami mulai drilling tahun lalu. Kini, semua sumur BUIC sudah aktif berproduksi, dan selanjutnya kami akan maksimalkan kinerjanya,” kata Nurdin.

Target Tahun Depan dan Tantangan Lapangan

Untuk 2026, EMCL mematok target produksi sekitar 145.000 bph. Namun angka ini masih bersifat sementara karena belum mencerminkan performa empat sumur BUIC yang baru mulai mengalirkan minyak.

“Target 145.000 bph ini akan kami evaluasi kembali setelah melihat kinerja keempat sumur BUIC yang baru mulai onstream,” ujarnya.

Di sisi lain, tantangan operasional juga mulai muncul. Salah satunya adalah meningkatnya rasio gas terhadap minyak atau gas oil ratio (GOR). Di Lapangan Banyu Urip, setiap satu barel minyak yang dihasilkan juga dibarengi dengan gas dalam jumlah signifikan, sehingga tidak seluruh gas dapat dikomersialkan.

“Produksi kami dilakukan dengan metode injeksi kombinasi gas dan air ke dalam reservoir, jadi produksi gas menjadi bagian dari proses,” jelas Nurdin.

Biaya Produksi Efisien

Meski menghadapi tantangan teknis, biaya produksi di Banyu Urip tetap tergolong sangat efisien. Total biaya produksi per barel — termasuk administrasi, depresiasi, dan proyek lainnya — hanya sekitar US$ 4. Bahkan, biaya operasional murni untuk memproduksi satu barel minyak hanya sekitar US$ 2.

Dari sisi anggaran, EMCL memproyeksikan cost recovery dan Work Program & Budget (WP&B) masing-masing sebesar US$ 261 juta untuk tahun 2025. Namun pada 2026, angka tersebut diperkirakan turun menjadi US$ 181 juta karena fokus pada efisiensi biaya operasional.

Dengan capaian dan efisiensi yang ada, EMCL semakin menunjukkan bahwa Lapangan Banyu Urip tetap menjadi salah satu tulang punggung produksi minyak nasional. (Zan)