JagatBisnis.com – Harga beras di Indonesia kembali merangkak naik pada Juni 2025, dipicu oleh anjloknya produksi padi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tren kenaikan terjadi di semua level distribusi — dari penggilingan, grosir, hingga eceran.
Rata-rata harga beras di tingkat penggilingan tercatat naik 2,05% secara bulanan (month-to-month/MtM) dan 3,62% secara tahunan (year-on-year/YoY). Di tingkat grosir, harga naik 1,78% MtM, sementara di tingkat eceran naik 1,06% MtM. Secara tahunan, inflasi harga beras mencapai 4,16% di grosir dan 3,38% di eceran.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa kenaikan tertinggi terjadi pada kategori beras pecah. Sementara itu, beras kualitas medium—yang paling banyak dikonsumsi masyarakat—mengalami kenaikan harga sebesar 2,05% secara bulanan dan 2,84% secara tahunan.
Produksi Padi Jeblok, Tekanan Pasokan Meningkat
Kenaikan harga ini tidak lepas dari merosotnya produksi padi nasional. Pada Mei 2025, produksi hanya mencapai 4,98 juta ton gabah kering giling (GKG), anjlok 22,74% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,44 juta ton.
Luas panen juga ikut menyusut signifikan. Pada bulan tersebut, hanya ada 0,98 juta hektare lahan yang dipanen, turun 22,13% dibandingkan Mei 2024 yang mencapai 1,26 juta hektare.
Dari hasil survei terhadap hampir 900 penggilingan di 33 provinsi, beras kualitas medium masih mendominasi pasar dengan porsi lebih dari 50%, disusul kualitas premium, submedium, dan pecah. Namun, tekanan harga terjadi di seluruh segmen.
Harga beras premium rata-rata tercatat Rp13.268 per kilogram, medium Rp12.869, submedium Rp12.675, dan pecah Rp13.333. Kalimantan Tengah mencatat harga tertinggi untuk beras premium yakni Rp17.500 per kilogram, sedangkan harga terendah untuk beras medium tercatat di Nusa Tenggara Timur, sebesar Rp10.000 per kilogram.
Prospek ke Depan Masih Rentan
Sepanjang periode Juni 2024 hingga Juni 2025, harga beras mencetak rekor tertinggi di bulan Juni 2025 untuk hampir seluruh kategori. Ini menandakan tekanan pasokan masih cukup tinggi, meskipun ke depan produksi diperkirakan membaik.
Kondisi ini memperkuat urgensi pemerintah untuk segera menyalurkan cadangan beras guna menstabilkan harga di pasar, serta memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah cuaca yang tak menentu dan tantangan produksi yang masih membayangi. (Hky)