Ekbis  

PGAS Hadapi Tekanan Kinerja, Harapan Pulih di 2026 Berkat Tambahan Pasokan Gas

PGAS Hadapi Tekanan Kinerja, Harapan Pulih di 2026 Berkat Tambahan Pasokan Gas

JagatBisnis.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih menghadapi tekanan kinerja akibat tantangan pasokan gas yang ketat dan meningkatnya biaya produksi. Meski telah menerapkan strategi diversifikasi pasokan dan peningkatan volume distribusi domestik, tekanan tersebut belum sepenuhnya teratasi.

Analis riset dari MNC Sekuritas, Christian Sitorus, memperkirakan pendapatan PGAS pada 2025 akan mencapai US$ 3,92 miliar atau tumbuh 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, penurunan pasokan dari Blok Corridor sekitar 50% menyebabkan laba kotor terkoreksi 3,1% menjadi US$ 734 juta.

Sebagai langkah mitigasi, PGAS meningkatkan pemanfaatan gas alam cair (LNG) melalui regasifikasi. Strategi ini memang dapat menjaga pasokan, namun di sisi lain menimbulkan struktur biaya yang lebih tinggi.

Akibatnya, laba bersih PGAS diperkirakan menyusut 17% menjadi US$ 282 juta, dengan margin laba bersih turun menjadi 7,2%.

Tekanan ini juga telah tercermin pada laporan keuangan kuartal I 2025, di mana laba bersih PGAS turun signifikan sebesar 48,8% yoy menjadi US$ 62 juta.

Kendati demikian, prospek pemulihan mulai terlihat pada 2026. Menurut Christian, efisiensi biaya dan tambahan pasokan domestik menjadi katalis utama perbaikan kinerja ke depan.

Salah satu katalis penting adalah kesepakatan domestic swap dengan West Natuna Group yang akan menambah pasokan sekitar 71,83 BBTUD—setara 8% dari target volume PGAS di 2025.

“Tambahan pasokan ini memungkinkan PGAS mengurangi ketergantungan terhadap LNG regasifikasi yang lebih mahal, dan berpotensi meningkatkan margin serta profitabilitas perusahaan secara keseluruhan,” jelas Christian.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold untuk saham PGAS dengan target harga Rp 1.600 per saham.

Meski demikian, sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai, antara lain fluktuasi nilai tukar, potensi kenaikan biaya regasifikasi LNG, serta tekanan berkelanjutan dari sisi pasokan domestik.

Di sisi lain, faktor pendukung seperti pertumbuhan permintaan gas industri dalam negeri dan ekspansi infrastruktur distribusi bisa menjadi pemacu kinerja positif jangka panjang bagi PGAS. (Mhd)