JagatBisnis.com – Pemerintah terus mendorong percepatan proyek gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa program ini akan menjadi substitusi nyata bagi LPG di dalam negeri.
“LPG kita ini impornya 7 juta ton. Jadi kita akan dorong bikin DME sebagai substitusinya,” ujar Bahlil dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (25/6).
Impor LPG Capai 77% dari Kebutuhan Nasional
Saat ini, Indonesia hanya mampu memproduksi LPG sekitar 1,2 hingga 1,3 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan nasional mencapai sekitar 8 juta ton per tahun. Artinya, sekitar 77% pasokan LPG domestik masih bergantung pada impor.
Bahlil menambahkan, peningkatan kebutuhan LPG tidak sejalan dengan karakteristik gas yang diproduksi di dalam negeri. LPG—yang terdiri dari gas propana (C3) dan butana (C4)—sulit diperoleh karena mayoritas gas Indonesia adalah metana (C1) dan etana (C2).
“Gas kita memang banyak, tapi C3 dan C4-nya yang sangat terbatas,” jelasnya.
DME Jadi Alternatif Strategis
Untuk mengatasi ketimpangan ini, Kementerian ESDM mendorong pengembangan DME dari batubara sebagai pengganti LPG. Langkah ini menjadi bagian dari strategi hilirisasi energi nasional yang juga digawangi oleh Satgas Hilirisasi di bawah kepemimpinan Bahlil.
“Kita mau geser ke batubara DME agar bisa melahirkan substitusi impor. Kalau sudah dari dalam negeri, impor LPG kan tidak ada lagi. Ini intinya,” tegas Bahlil.
Proyek Tanpa Investor Asing, Fokus ke Teknologi
Berbeda dari pendekatan sebelumnya, proyek DME ini akan dijalankan tanpa ketergantungan pada investor asing. Bahlil mengatakan pembiayaan proyek akan bersumber dari pemerintah dan swasta nasional, sementara kebutuhan teknologi akan tetap melibatkan mitra luar negeri.
“Yang kita butuhkan hanya teknologinya. Uangnya dari pemerintah dan swasta nasional, bahan bakunya dari kita, off taker-nya pun dari kita,” jelasnya.
Tiga Proyek DME Akan Berjalan Paralel
Dalam waktu dekat, pemerintah akan mengembangkan tiga hingga empat proyek DME secara paralel yang tersebar di Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
“Proyek DME ini sudah masuk prioritas. Dan kita dorong berjalan paralel di beberapa wilayah,” pungkas Bahlil. (Mhd)