JagatBisnis.com – PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) resmi menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 664,17 juta atau 50% dari laba bersih tahun 2024. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis, 12 Juni 2025.
Tak hanya soal dividen, dalam RUPSLB yang digelar di hari yang sama, INET juga mendapat persetujuan penting untuk melaksanakan aksi korporasi strategis berupa right issue maksimal 12,8 miliar saham baru. Langkah ini menandai rencana ekspansi besar-besaran perseroan di sektor telekomunikasi.
Ekspansi Agresif: Fokus pada Jaringan Fiber & Infrastruktur Kabel Laut
Direktur Utama INET, Muhammad Arif, menyatakan bahwa dana hasil right issue akan dimanfaatkan untuk membiayai pengembangan jaringan dan infrastruktur telekomunikasi, terutama dalam memperluas akses internet berbasis Fiber To The Home (FTTH) yang terjangkau.
INET menargetkan pembangunan 1 juta homepass hingga 2027, dengan target kumulatif 2 juta homepass dalam tiga tahun ke depan. Strategi ini lahir dari keprihatinan terhadap tingginya biaya akses internet di Indonesia, yang dinilai masih membatasi masyarakat dalam menikmati konektivitas digital secara merata.
“Program ‘internet murah’ ini bukan hanya solusi teknis, tetapi juga bentuk kontribusi sosial,” tegas Arif.
Sebagai bentuk komitmen terhadap program tersebut, INET mendirikan anak usaha PT IAB, yang akan menjadi garda depan dalam proyek internet rakyat.
Garap Infrastruktur Kabel Bawah Laut
INET juga mengumumkan langkah diversifikasi bisnis dengan memasuki segmen infrastruktur kabel bawah laut. Langkah ini diproyeksikan sebagai motor pertumbuhan jangka panjang, seiring meningkatnya konsumsi data digital di seluruh Indonesia.
“Masuknya kami ke infrastruktur kabel bawah laut tidak hanya memperkuat portofolio, tapi juga membuka peluang pendapatan dan laba bersih yang lebih besar,” tambah Arif.
Investor Potensial & Momentum Pasar
Manajemen menyatakan saat ini masih dalam tahap pembicaraan dengan sejumlah investor potensial untuk menjadi pembeli siaga (standby buyer) dalam pelaksanaan right issue. Momentum pasar dan meningkatnya kebutuhan konektivitas menjadi faktor utama yang mendorong agresivitas ekspansi ini. (Hky)