Ekbis  

Harga Minyak Melemah, Pertamina Waspadai Tekanan ke Hulu Migas dan Target Produksi Nasional

Harga Minyak Melemah, Pertamina Waspadai Tekanan ke Hulu Migas dan Target Produksi Nasional

JagatBisnis.com – PT Pertamina (Persero) mewaspadai tren penurunan harga minyak global yang diperkirakan berlanjut sepanjang 2025. Tekanan ini dinilai bisa berdampak signifikan pada kinerja sektor hulu migas nasional dan menghambat pencapaian target produksi jangka panjang, termasuk target ambisius produksi 1 juta barel per hari pada 2028.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, mengungkapkan bahwa indikator pasar global menunjukkan pelemahan menyeluruh di berbagai parameter harga minyak.

“Dibandingkan 2024, seluruh parameter global seperti Brent, crude price, dan MOPS menunjukkan tren melandai pada 2025. Ini tentu jadi perhatian besar kami,” ujar Emma dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina di Jakarta, Jumat (13/6).

ICP Turun, Investasi Hulu Terancam

Hingga Mei 2025, harga Indonesian Crude Price (ICP) telah menyentuh kisaran US$ 62 per barel, meski rata-rata harga tahunan (YTD) masih berada di angka sekitar US$ 70 per barel. Penurunan ini dinilai mengancam daya tarik investasi di sektor hulu dan bisa berdampak pada capaian produksi nasional.

“Tekanan ini tidak hanya dari sisi harga, tetapi juga dari sisi investasi dan pengelolaan aset hulu. Jika tidak disikapi serius, bisa menghambat kinerja sektor ini secara keseluruhan,” tegas Emma.

Perlu Reformasi Regulasi Hulu Migas

Pertamina mendorong adanya terobosan kebijakan dan reformasi fundamental dalam kerangka regulasi sektor hulu migas. Menurut Emma, stabilitas investasi hanya bisa dicapai jika ada dukungan kebijakan yang responsif terhadap volatilitas harga minyak dunia.

“Kalau tidak disikapi dengan reformasi regulasi yang mendasar, volatilitas harga ini bisa menghambat pencapaian target lifting nasional. Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah agar sektor hulu tetap menarik bagi investor, demi mengejar target 1 juta barel per hari di 2028,” ujar Emma.

Kinerja Keuangan Tetap Solid di 2024

Meski menghadapi tekanan global, Pertamina tetap mencatat kinerja keuangan yang solid pada 2024. Perusahaan membukukan:

  • Pendapatan: US$ 75,33 miliar (~Rp 1.194 triliun)

  • EBITDA: US$ 10,79 miliar (~Rp 171,04 triliun)

  • Laba bersih: US$ 3,13 miliar (~Rp 49,54 triliun)

Sebagai perbandingan, laba bersih Pertamina pada 2023 mencapai US$ 4,44 miliar (~Rp 70,72 triliun).

Langkah Strategis di Paruh Kedua 2025

Menanggapi kondisi pasar, Pertamina akan menyusun langkah strategis baru untuk paruh kedua tahun ini. Fokus diarahkan pada efisiensi investasi, optimalisasi portofolio hulu, dan penguatan koordinasi dengan regulator.

“Momentum investasi harus dijaga, dan regulasi menjadi kunci. Kami berharap sinergi yang kuat antara industri dan pemerintah bisa menjaga keberlanjutan energi nasional,” tutup Emma. (Mhd)