JagatBisnis.com – PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) diperkirakan masih menghadapi tekanan berat dalam memperbaiki kinerja keuangannya sepanjang tahun 2025. Perusahaan mencatat kerugian neto investasi sebesar Rp 1,3 triliun pada kuartal I-2025, memburuk dibanding kerugian Rp 1,08 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Alhasil, rugi periode berjalan PALM pun melebar menjadi Rp 1,43 triliun hingga akhir Maret 2025, naik dari Rp 1,18 triliun setahun sebelumnya.
Penurunan Saham MDKA dan MBMA Jadi Biang Kerugian
Per 31 Maret 2025, PALM mengantongi beberapa portofolio investasi strategis, di antaranya:
-
Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) senilai Rp 2,39 triliun
-
Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp 1,92 triliun
-
Saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) senilai Rp 1,93 triliun
-
Saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) senilai Rp 200,64 miliar
Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika, menjelaskan bahwa kerugian terutama disebabkan oleh turunnya harga saham MDKA dari Rp 1.615 menjadi Rp 1.430 per lembar, serta MBMA dari Rp 458 menjadi Rp 300 per lembar.
Penurunan ini sebagian tertahan oleh kenaikan harga saham MMLP dan EXCL selama periode yang sama.
“Kerugian tersebut belum terealisasi dan mencerminkan fluktuasi nilai pasar atas investasi PALM,” jelas Ellen.
Tekanan Eksternal dan Strategi Jangka Panjang
PALM menyebut, volatilitas pasar global, ketegangan geopolitik, serta dinamika perang dagang turut memengaruhi portofolio perusahaan. Namun, manajemen meyakini tekanan ini bersifat sementara dan portofolio PALM tetap solid dalam jangka menengah hingga panjang.
“Fundamental perusahaan dalam portofolio masih sesuai ekspektasi,” tambah Ellen.
Sebagai langkah strategis, PALM pada Februari 2025 telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV Tahun 2025 senilai Rp 612,2 miliar. Ke depan, penerbitan obligasi lanjutan tetap menjadi opsi, tergantung pada kebutuhan investasi, arus kas, pelunasan utang, serta kondisi pasar.
Fokus Investasi pada Sektor Strategis
PALM akan tetap berfokus pada sektor saham strategis seperti sumber daya alam, logistik, serta telekomunikasi, media, dan teknologi (TMT). Meski begitu, peluang investasi di perusahaan tertutup juga akan dipertimbangkan jika sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan.
Per akhir Maret 2025, PALM belum melakukan divestasi dari portofolio investasinya.
Analis: Kinerja Masih Lemah, Tapi Ada Harapan
Menurut Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst di Mirae Asset Sekuritas, portofolio PALM belum menunjukkan perbaikan signifikan di awal tahun. Jika tidak dilakukan penyesuaian yang optimal, rugi neto investasi masih bisa berlanjut sepanjang 2025.
Namun, peluang tetap ada jika terjadi penurunan suku bunga acuan dan perbaikan tata kelola (good corporate governance/GCG).
Sementara itu, Kiswoyo Adi Joe, Direktur PT Rumah Para Pedagang, menyebut pelemahan kinerja PALM juga didorong oleh pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal tahun. Namun, dia melihat masih ada potensi pemulihan dari penguatan harga komoditas ke depan.
“Saham PALM bisa kembali mendorong kinerja di paruh kedua 2025,” ujarnya.
Rekomendasi Saham PALM
Saham PALM ditutup di level Rp 370 per saham pada 28 Mei 2025. Sepanjang tahun berjalan (YTD), saham ini telah turun 15,53%.
Kiswoyo memberikan rekomendasi beli untuk saham PALM dengan target harga Rp 450 – Rp 500 per saham. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa saham ini cenderung tidak likuid, sehingga investor disarankan untuk berhati-hati dan tidak membeli dalam jumlah besar. (Mhd)