JagatBisnis.com – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan penjualan semen sebesar 3,9 juta ton pada kuartal I 2025. Meskipun penjualan ini mengalami penurunan 5,9% dibandingkan dengan kuartal I 2023, namun perseroan berhasil mempertahankan pangsa pasar di level 30,1% hingga Maret 2025.
Kondisi Pasar yang Lesu pada Awal Tahun
Dani Handajani, Corporate Secretary INTP, menyatakan bahwa awal tahun merupakan periode yang lesu untuk industri semen, disebabkan oleh cuaca yang tidak mendukung, serta adanya bulan Ramadan dan libur Idulfitri yang mengurangi aktivitas konstruksi. Namun, Dani menambahkan bahwa meskipun volume semen yang terjual mengalami penurunan, performa industri semen secara keseluruhan justru menurun lebih tinggi lagi, yaitu 7,8%. Hal ini menunjukkan bahwa Indocement berhasil mengatasi kondisi pasar yang menantang dengan lebih baik dibandingkan kompetitor.
Proyek IKN Dorong Permintaan Semen
INTP juga menyambut positif keputusan pembukaan kembali anggaran untuk proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2025, yang sebelumnya sempat terblokir akibat kebijakan efisiensi anggaran. Pagu anggaran Otorita IKN dan penambahan anggaran sebesar Rp 8,1 triliun telah difinalisasi oleh Presiden Prabowo. Keputusan ini dipandang sebagai angin segar untuk produsen semen di Indonesia, karena permintaan semen diprediksi akan meningkat di Pulau Kalimantan, terutama untuk pembangunan IKN.
Meskipun demikian, Dani memprediksi bahwa permintaan semen di IKN tahun ini tidak akan sebanyak tahun 2023-2024, namun tetap memberikan dampak positif.
Tantangan Oversupply dan Kebijakan Pemerintah
Meskipun ada dorongan dari proyek IKN, Dani mengingatkan bahwa oversupply semen masih menjadi masalah besar bagi industri semen di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Dani mengusulkan beberapa kebijakan seperti pelarangan impor semen dan klinker, serta moratorium pembangunan pabrik semen baru di seluruh Indonesia.
Dampak Penguatan Dolar terhadap Biaya Operasional
Tantangan lain yang dihadapi oleh Indocement adalah penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, yang berdampak pada peningkatan biaya operasional, terutama untuk biaya energi. Batubara, yang masih menjadi sumber utama energi untuk industri semen, dipengaruhi oleh fluktuasi harga batubara global yang terhubung dengan nilai tukar dolar.
Kesimpulan
INTP berhasil mempertahankan pangsa pasar dan melaporkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan industri semen pada kuartal I 2025, meski dihadapkan pada tantangan cuaca dan penurunan permintaan. Proyek IKN memberikan harapan untuk mendorong permintaan semen, namun oversupply dan fluktuasi harga energi tetap menjadi perhatian. (Zan)