Ekbis  

Okupansi Hotel Anjlok Awal 2025, Kemenpar dan PHRI Bahas Solusi dan Diversifikasi Pasar

Okupansi Hotel Anjlok Awal 2025, Kemenpar dan PHRI Bahas Solusi dan Diversifikasi Pasar

JagatBisnis.com – Industri perhotelan nasional menghadapi tekanan berat di awal tahun 2025. Penurunan daya beli masyarakat dan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) menyebabkan tingkat hunian hotel anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) turun drastis.

Kondisi ini bahkan tercermin selama masa libur Lebaran 2025. Di hari kelima libur Lebaran, tingkat okupansi tercatat hanya sekitar 20% dari total 800.000 kamar yang tersedia di seluruh jaringan anggota PHRI.

Menanggapi situasi ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) langsung bergerak cepat. Mereka telah bertemu dan tengah berdiskusi intensif dengan PHRI guna memetakan dampak serta merancang strategi pemulihan bersama.

“Kami ingin benar-benar memahami seberapa besar dampak efisiensi anggaran terhadap industri, dan bagaimana ke depan strategi yang harus diambil. Semua ini kami rumuskan bersama pelaku industri,” ujar Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Rizki Handayani Mustafa, saat konferensi pers UN Tourism 37th CAP-CSA di Hotel Mulia, Rabu (16/4).

Hotel MICE vs Leisure, Mana yang Paling Terdampak?

Rizki mengajak pelaku usaha untuk mulai mengidentifikasi kategori hotel mana yang paling terdampak — apakah itu hotel leisure atau hotel yang bergerak di sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

“Data seperti ini penting agar kami bisa membuat kebijakan yang akurat. Misalnya, berapa persen penurunan terjadi pada MICE, leisure, wisatawan domestik, atau mancanegara,” jelasnya.

Diversifikasi Pasar Jadi Kunci

Senada, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Martini Mohamad Paham, menekankan pentingnya pelaku hotel untuk melakukan diversifikasi pasar.

Beberapa potensi yang bisa dijajaki meliputi:

  1. Pasar korporasi: Meskipun anggaran pemerintah dikurangi, kegiatan bisnis dari sektor swasta tetap berjalan, seperti business trip dan rapat internal.

  2. Komunitas: Menyasar komunitas-komunitas seperti penggemar teh, otomotif, dan lain-lain yang sering mengadakan gathering.

  3. Pelajar: Menawarkan paket edukatif untuk kegiatan study tour, terutama untuk wilayah-wilayah lokal agar tidak membebani biaya orang tua.

“Jangan sepenuhnya bergantung pada belanja pemerintah. Kita harus eksplorasi potensi pasar lain yang masih bisa digali,” tegas Martini.

Optimisme di Tengah Tantangan

Kemenparekraf dan PHRI sepakat bahwa perlu pendekatan kolaboratif dan kreatif untuk menjaga keberlangsungan industri perhotelan. Di tengah ketidakpastian anggaran pemerintah, inovasi dan pemetaan pasar yang cermat bisa menjadi penyelamat industri ini. (Mhd)