HIMKI Ungkap Dampak Tarif Resiprokal Trump terhadap Ekspor Mebel Indonesia ke AS

HIMKI Ungkap Dampak Tarif Resiprokal Trump terhadap Ekspor Mebel Indonesia ke AS

JagatBisnis.com – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengungkapkan dampak negatif dari diberlakukannya tarif resiprokal hingga 32% untuk barang asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat (AS), sebuah kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.

Penurunan Permintaan dari AS

Menurut Ketua HIMKI, Abdul Sobur, hingga kini lebih dari 50% ekspor mebel dan kerajinan Indonesia dikirim ke pasar AS. Dengan adanya tarif baru tersebut, Abdul memperkirakan akan ada penurunan permintaan dari pembeli (buyer) di AS, terutama untuk produk-produk yang sensitif terhadap kenaikan biaya.

“Dengan adanya tarif baru ini, kami memperkirakan ada potensi penurunan permintaan dari buyer AS, terutama untuk produk dengan harga yang sensitif terhadap kenaikan biaya,” ujar Abdul, Kamis (3/4).

Impak terhadap Daya Saing Produk Indonesia

Abdul juga menekankan bahwa kebijakan impor yang lebih tinggi ini akan membuat produk Indonesia kurang kompetitif dibandingkan negara lain yang memiliki tarif lebih rendah. Hal ini dapat berpotensi menekan volume ekspor, khususnya untuk produk berbahan kayu dan rotan yang selama ini menjadi andalan pasar AS.

Namun, di tengah tantangan ini, HIMKI juga melihat peluang. Abdul mengungkapkan bahwa mereka mendorong para eksportir anggota HIMKI di AS untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia melalui inovasi desain, efisiensi produksi, serta penyesuaian strategi harga agar tetap kompetitif di pasar AS.

Strategi Baru untuk Peningkatan Ekspor

Untuk mengatasi dampak kebijakan perdagangan ini, HIMKI berencana untuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain. Abdul menyampaikan bahwa meski target ekspor industri mebel dan kerajinan Indonesia ke AS pada tahun 2025 masih tetap sebesar US$ 5 hingga US$ 6 miliar, mereka akan mencari sumber pasar baru di wilayah seperti Timur Tengah, Eropa, Jepang, dan Australia.

“Kami akan memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain yang memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Beberapa kawasan di atas sudah mulai dijajaki sejak dua tahun lalu,” jelas Abdul. Namun, ia juga mengakui bahwa mengubah kebiasaan pasar yang selama ini berfokus pada AS dan Eropa, yang hampir 85% dari total ekspor, bukanlah hal yang mudah.

Fokus pada Nilai Tambah dan Pasar Domestik

HIMKI juga menekankan pentingnya peningkatan nilai tambah produk dengan menargetkan segmen pasar premium dan produk berbasis keberlanjutan (sustainability), yang diharapkan memiliki daya saing lebih tinggi meskipun ada tarif tambahan.

Selain itu, HIMKI juga berfokus pada penetrasi pasar domestik untuk memastikan bahwa industri mebel dan kerajinan Indonesia tetap tumbuh meskipun menghadapi tantangan global.

Kinerja Ekspor Mebel Indonesia ke AS

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun HIMKI menunjukkan bahwa ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke AS pada 2021 mencapai hampir US$ 3,5 miliar, namun angka tersebut turun menjadi US$ 3,2 miliar pada 2022, dan lebih lanjut menurun menjadi US$ 2,5 miliar pada 2023.

Produk furnitur kayu, rotan, dan logam masih mendominasi kontribusi ekspor Indonesia ke pasar AS.

Dengan langkah-langkah strategis yang sedang diambil, HIMKI berharap dapat mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif tersebut dan tetap menjaga kinerja ekspor yang optimal meskipun dalam situasi perdagangan yang penuh tantangan. (Hky)