JagatBisnis.com – PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) tetap optimis dengan prospek industri perfilman Indonesia meskipun menghadapi tantangan berat pada tahun 2024. Perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan distribusi film ini mencatat penurunan pendapatan sebesar 27,8% pada kuartal III/2024 menjadi Rp166,8 miliar, serta rugi bersih mencapai Rp112,5 miliar. Namun, meskipun pencapaian tersebut tidak sesuai ekspektasi, RAAM tetap memperlihatkan keyakinan terhadap masa depan industri perfilman tanah air.
Strategi Produksi Film yang Ambisius
Direktur Keuangan RAAM, Vikas Chand Sharma, menyatakan bahwa perusahaan berencana untuk memproduksi sekitar 10 film pada tahun 2025 dengan strategi perilisan satu film setiap bulan. “Langkah ini kami harapkan dapat meningkatkan pendapatan sekaligus memperkuat posisi kami di industri hiburan Indonesia,” ujar Vikas dalam keterangannya kepada KONTAN, Jumat (31/1). Dengan jumlah populasi Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa, dan tren peningkatan jumlah penonton bioskop yang signifikan, RAAM yakin pasar perfilman Indonesia memiliki potensi besar yang terus berkembang.
Pada tahun 2024, penonton bioskop Indonesia tercatat mencapai 80,21 juta orang, meningkat sekitar 50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menandakan adanya permintaan yang terus berkembang, meskipun industri film harus beradaptasi dengan hadirnya platform streaming global yang semakin populer.
Inovasi dan Kemitraan Strategis
Vikas juga menyoroti bahwa meskipun genre horor mendominasi pasar Indonesia, RAAM berusaha menghadirkan konten-konten yang segar dan berbeda untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Selain itu, RAAM juga berfokus pada kemitraan strategis, salah satunya dengan MNC Digital, platform OTT terbesar di Indonesia, untuk memperluas distribusi filmnya ke pasar digital yang berkembang pesat.
“Kemitraan ini akan memperkuat posisi kami di pasar hiburan digital, sekaligus memperluas jangkauan konten kami ke lebih banyak audiens melalui platform digital,” kata Vikas.
RAAM juga menargetkan ekspansi yang signifikan di sektor distribusi, dengan membuka 3-5 bioskop baru setiap tahunnya. “Rasio jumlah layar bioskop terhadap populasi di Indonesia masih rendah, yang mencerminkan potensi besar untuk pengembangan bisnis bioskop kami. Kami sudah membuka beberapa bioskop di kota-kota tingkat 2 dan 3, dan respons masyarakat sangat positif,” tambahnya.
Tantangan dan Harapan
Meski optimis, Vikas mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri perfilman Indonesia adalah persaingan yang semakin ketat, baik dari pemain lokal maupun internasional, serta perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi operasional dan margin perusahaan. Ia berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang lebih mendukung industri hiburan, seperti insentif pajak dan regulasi distribusi film yang lebih jelas, untuk memastikan kelangsungan dan pertumbuhan sektor ini.
“Industri perfilman membutuhkan dukungan yang lebih kuat untuk tetap berinovasi dan berkembang, dan kami berharap kebijakan yang lebih berpihak akan membantu kami melalui tantangan ini,” pungkas Vikas.
Dengan strategi yang terencana dan fokus pada ekspansi digital serta fisik, RAAM berusaha memperkuat posisinya di pasar hiburan Indonesia dan mengoptimalkan peluang yang ada di pasar global. (Hky)