JagatBisnis.com – Starbucks diperkirakan akan kembali mencatatkan penurunan penjualan toko pada kuartal IV-2024, yang dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan pada Selasa (28/1/2025). Jika prediksi ini benar, maka Starbucks akan mencatatkan penurunan penjualan berturut-turut dalam beberapa kuartal terakhir.
Penurunan ini menjadi tantangan besar bagi CEO baru Starbucks, Brian Niccol, yang baru menjabat empat bulan. Niccol yang menggantikan mantan CEO Howard Schultz, telah memperkenalkan berbagai langkah strategis untuk memulihkan kinerja Starbucks, yang tertekan akibat persaingan ketat dan melemahnya permintaan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China.
Pada bulan Oktober lalu, Starbucks menangguhkan proyeksi keuangan untuk tahun fiskal 2025 sebagai bagian dari upaya penyesuaian. Strategi baru Niccol termasuk pengurangan waktu tunggu pelanggan di toko, serta penerapan aturan yang mewajibkan pembelian untuk menggunakan fasilitas seperti toilet dan Wi-Fi di gerai Starbucks. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan pengurangan jumlah pegawai di tingkat manajemen dan fokus pada perbaikan operasional, termasuk memperpanjang jam operasional toko untuk memastikan waktu tunggu pelanggan kurang dari empat menit.
Analis Stifel, Chris O’Cull, menyebut bahwa perubahan yang diterapkan oleh Niccol dapat membawa pemulihan dalam waktu yang relatif singkat, meski ia mengakui bahwa kuartal ini mungkin belum menunjukkan hasil signifikan. “Perdebatan utama adalah apakah pengalaman pelanggan dan karyawan dapat ditingkatkan dengan cepat. Kami optimistis bahwa perubahan awal sudah menunjukkan dampak positif,” ujarnya.
Namun, para analis memperkirakan bahwa kuartal IV-2024 ini akan mencatatkan penurunan yang lebih lanjut. Berdasarkan data LSEG, penjualan toko sebanding Starbucks diperkirakan turun 4,6% pada kuartal pertama, sementara laba diproyeksikan merosot hingga 26%, menjadikannya penurunan kuartalan keempat secara berturut-turut.
Logan Reich, analis RBC Capital Markets, menambahkan bahwa manajemen kemungkinan akan tetap fokus pada peningkatan pengalaman konsumen meskipun margin keuntungan tertekan. Starbucks juga memutuskan untuk menunda kenaikan harga di tengah lonjakan harga kopi yang diperkirakan akan membebani profitabilitas perusahaan.
Meski kinerja saham Starbucks sempat turun sekitar 20% sepanjang tahun 2024 sebelum pengangkatan Niccol, saham perusahaan mengalami kenaikan signifikan sebesar 28% hingga penutupan perdagangan pada Jumat (24/1/2025). Keputusan dan langkah-langkah yang diambil oleh Niccol tampaknya mulai menunjukkan dampak positif, meskipun tantangan besar masih ada di depan mata. (Hky)