JagatBisnis.com – PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menargetkan laba bersih hingga Rp 2,6 triliun pada tahun 2025, dengan fokus pada pengembangan jaringan SPBU dan penjualan lahan di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
Head of Investor Relation AKR Corporindo, Teguh Prayoga, mengatakan bahwa target laba tersebut akan didorong oleh pemulihan bisnis distribusi, terutama melalui peningkatan volume dan margin.
“Kami berharap bisa meraup laba bersih sekitar Rp 2,4 triliun hingga Rp 2,6 triliun pada tahun ini,” ungkap Yoga dalam pertemuan dengan media.
Sebagai gambaran, AKRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 28,61 triliun per September 2024, dengan laba bersih sebesar Rp 1,46 triliun pada periode yang sama.
Manajemen AKRA juga mengungkapkan potensi besar dari segmen ritel, terutama melalui pengembangan SPBU BP. Yoga menambahkan bahwa segmen ritel ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan menjadi fokus utama perusahaan.
“Saat ini kami sedang fokus untuk mengembangkan jumlah SPBU dan infrastruktur logistiknya. Kami berencana mengoperasikan sekitar 70-80 SPBU BP sepanjang 2025,” jelasnya. Pada 2024, AKRA sudah mengoperasikan 61 SPBU, dan tahun ini mereka menargetkan tambahan 10-15 SPBU yang akan dibangun di kota-kota besar.
Selain itu, AKRA juga menargetkan untuk menjual 100 hektare lahan di JIIPE pada 2025. Yoga menekankan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada jual beli lahan, tetapi juga ingin menghasilkan pendapatan berulang melalui bisnis utilitas.
Meski demikian, terdapat penurunan ekspektasi dari pihak analis terkait bisnis perdagangan dan distribusi AKRA. Research Analyst CGS International Sekuritas, Bob Setiadi, menurunkan proyeksi penjualan lahan industri yang lebih lambat, sehingga mempengaruhi valuasi bisnis utilitas JIIPE AKRA.
“Sementara penjualan lahan industri yang lebih lambat menyebabkan penurunan valuasi pada bisnis utilitas JIIPE-nya,” kata Bob dalam risetnya pada 8 Januari 2025. Meskipun demikian, CGS International masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham AKRA meski menurunkan target harga saham perusahaan dari Rp 1.570 menjadi Rp 1.460, berkat posisi kas bebas yang solid dan potensi pengembangan bisnis utilitas yang menjanjikan. (Zan)