Pelemahan Rupiah Jadi Angin Segar untuk Ekspor Furnitur Indonesia, HIMKI Optimis

Pelemahan Rupiah Jadi Angin Segar untuk Ekspor Furnitur Indonesia, HIMKI Optimis. foto dok indonesia.go.id

JagatBisnis.com – Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS kini membawa dampak positif bagi sektor ekspor furnitur Indonesia. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyebut pelemahan ini memberikan angin segar karena dapat meningkatkan daya saing produk furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar internasional.

Ketua HIMKI, Abdul Sobur, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah membuat harga produk ekspor Indonesia, termasuk furnitur dan kerajinan, menjadi lebih kompetitif. Hal ini karena produk-produk tersebut, dengan kandungan lokal yang lebih dari 85%, dapat menawarkan harga yang lebih menarik di pasar global.

Baca Juga :   Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Subsidi Energi dalam APBN 2024

“Pelemahan rupiah dapat memberikan dampak positif terhadap ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia secara signifikan mengingat kandungan lokal yang sangat tinggi, lebih dari 85%,” ungkap Abdul dalam wawancara dengan Kontan.co.id, Rabu (18/12).

Namun, meskipun ada dampak positif, Abdul juga mengingatkan bahwa dampak ini bisa tereduksi oleh kenaikan biaya produksi, terutama jika bahan baku atau komponen yang diimpor menjadi lebih mahal akibat pelemahan rupiah. Selain itu, inflasi domestik yang dipicu oleh melemahnya mata uang juga dapat meningkatkan biaya operasional yang lebih tinggi.

Baca Juga :   Ekspor Furnitur Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia dan Vietnam

Meski begitu, HIMKI tetap optimis dengan prospek industri furnitur Indonesia, mengingat bahan baku utama seperti kayu, rotan, dan bambu melimpah di Indonesia. HIMKI bahkan menargetkan ekspor furnitur Indonesia mencapai nilai US$ 6 miliar pada tahun 2030. Abdul berharap dukungan penuh dari pemerintah dan perbaikan kondisi global dapat mendukung pencapaian target tersebut.

“ Kami berharap dukungan total dari pemerintah dan perbaikan kondisi global untuk mencapai target ekspor furnitur sebesar US$ 6 miliar pada 2030,” tambah Abdul.

Baca Juga :   Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Industri Alat Berat: Tantangan dan Strategi Hinabi

Secara keseluruhan, meskipun terdapat tantangan eksternal seperti fluktuasi nilai tukar dan kondisi ekonomi global, HIMKI melihat peluang pertumbuhan yang signifikan bagi industri furnitur dan kerajinan Indonesia ke depan. Abdul pun menegaskan pentingnya dukungan dan strategi yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan agar industri ini bisa terus berkembang.

“ Tentunya kami sangat mengharapkan adanya dukungan totalitas dan strategi yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan,” tandas Abdul. (Zan)