JagatBisnis.com – PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten tambang batubara yang tergabung dalam Grup Bakrie dan Salim, menargetkan volume produksi batubara mencapai 80 juta ton pada 2025. Target ini mencakup kontribusi dari dua anak perusahaan utama, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dengan produksi 55 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) yang diproyeksikan menghasilkan 25 juta ton.
Direktur BUMI, Maringan M. Ido Hutna Hutabarat, dalam paparan publik pada Rabu, 11 Desember 2024, menyebutkan bahwa proyeksi harga batubara pada 2025 diperkirakan akan tetap stabil, dengan harga GCNEWC diprediksi berada di kisaran USD 130 hingga USD 140 per ton, mirip dengan harga tahun 2024.
Menurut Ido, kondisi pasar global pada 2025 diperkirakan tidak akan mengalami perubahan signifikan dari segi suplai dan permintaan, meskipun ia menyoroti potensi pengaruh impor batubara dari China terhadap harga pasar. “Impor dari China akan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Jika terjadi penurunan impor dari negara tersebut, maka hal ini bisa mempengaruhi harga penjualan batubara. Namun, kami memprediksi impor dari China di 2025 akan relatif sama dengan tahun 2024,” jelasnya.
Target Produksi dan Pasar Global
Ahmad Reza Widjaja, Vice President Investor Relation and Chief Economist BUMI, mengungkapkan bahwa target produksi batubara pada 2025 akan meningkat sekitar 4 juta ton dibandingkan dengan proyeksi volume produksi batubara BUMI pada 2024 yang diperkirakan sebesar 76 juta ton.
Dalam hal distribusi, Ahmad menyampaikan bahwa 31% pasokan batubara BUMI di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini dialokasikan untuk pasar domestik. Pasar ekspor utama BUMI meliputi China (26%) dan India (19%), sementara negara-negara lain seperti Jepang, Vietnam, dan Hong Kong menyerap sekitar 1% hingga 7% dari total produksi batubara BUMI.
Rencana Kuasi Reorganisasi dan Dividen
Selain fokus pada produksi, BUMI juga tengah merencanakan aksi kuasi reorganisasi, meskipun perusahaan belum dapat memastikan kapan proses tersebut akan terealisasi. Menurut Sri Dharmayanti, Direktur BUMI, perusahaan terus berupaya untuk menjalankan rencana reorganisasi ini agar dapat sesuai dengan aturan yang berlaku. Ia menambahkan bahwa jika rencana tersebut dapat dilaksanakan, maka hal ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan dan pemegang saham.
Salah satu tujuan utama dari kuasi reorganisasi adalah untuk memperbaiki struktur ekuitas perusahaan dengan mengeliminasi akumulasi rugi (defisit). Dengan tidak adanya saldo defisit, BUMI nantinya dapat membagikan dividen kepada pemegang saham. Direktur BUMI, Andrew Beckham, menegaskan, “Kami berharap rencana kuasi ini bisa terlaksana, karena kami ingin membagikan dividen kepada pemegang saham setelah proses ini selesai.”
BUMI berencana menggunakan agio saham selisih lebih antara setoran modal dan nilai nominal saham untuk mengeliminasi akumulasi rugi dan memperbaiki posisi keuangan perusahaan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, BUMI berharap dapat mempertahankan kinerja positif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi pemangku kepentingan, termasuk para pemegang saham. (Zan)