JagatBisnis.com – Sektor kesehatan di Indonesia diprediksi akan mengalami revolusi besar pada 2025, yang akan berdampak langsung pada kinerja emiten rumah sakit (RS), terutama yang berfokus pada layanan BPJS Kesehatan. Analis MNC Sekuritas, Rudy Setiawan, mengungkapkan bahwa anggaran sektor kesehatan pemerintah untuk 2025 naik 6,1% YoY menjadi Rp 197,8 triliun. Salah satu fokus utama pemerintah adalah peningkatan layanan kesehatan gratis bagi 55 juta warga negara, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 5 triliun. Selain itu, program pemerintah juga mencakup pemeriksaan kesehatan gratis, pengurangan kasus TBC, dan pembangunan rumah sakit berkualitas di daerah terpencil.
Mekanisme COB dan Dampaknya pada Rumah Sakit BPJS
Salah satu langkah penting adalah penguatan mekanisme Coordination of Benefit (COB), yang memungkinkan peserta BPJS memanfaatkan asuransi swasta untuk menutupi biaya tambahan di luar cakupan BPJS. Aturan ini, yang diatur dalam KMK No.HK.01.07/MENKES/1366/2024, memperkenalkan pembagian biaya antara BPJS dan penyedia asuransi, dengan rumah sakit dapat mengenakan biaya maksimum 200%, yang kemudian dibagi antara BPJS (75%) dan asuransi (125%). Rudy melihat skema COB ini dapat meningkatkan penggunaan asuransi swasta dan menyederhanakan klaim, yang pada gilirannya menguntungkan rumah sakit yang melayani banyak pasien BPJS, seperti PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Proyeksi Positif untuk HEAL, Tantangan bagi MIKA dan SILO
Rudy menilai bahwa perusahaan-perusahaan rumah sakit yang melayani banyak pasien BPJS, seperti HEAL, akan mendapat keuntungan dari kebijakan ini. Sebaliknya, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Siloam Hospitals Tbk (SILO) yang lebih fokus pada pasien pribadi, mungkin menghadapi tantangan lebih besar.
Pada kuartal ketiga 2024, proporsi pendapatan dari peserta JKN untuk masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: HEAL 73%, SILO 18%, dan MIKA 16%. HEAL juga aktif memperluas jaringan rumah sakitnya di berbagai daerah, seperti IKN, Madiun, dan Pasuruan, serta proyek rumah sakit baru di PIK 2 yang diperkirakan akan dibuka pada kuartal IV-2024 atau I-2025. MIKA berencana membuka rumah sakit di Jakarta, Cirebon, dan Jawa Timur, sementara SILO mengembangkan rumah sakit di Semarang, Surabaya, dan Samarinda.
Rekomendasi Saham dan Prospek Sektor Kesehatan
MNC Sekuritas mempertahankan peringkat Overweight untuk sektor kesehatan, dengan pandangan positif terhadap emiten rumah sakit seperti HEAL. Rudy merekomendasikan beli untuk ketiga emiten rumah sakit tersebut, dengan target harga HEAL sebesar Rp 1.720 per saham, MIKA Rp 3.500 per saham, dan SILO Rp 3.450 per saham.
Sementara itu, analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh, menyebutkan bahwa aturan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang akan diterapkan pada semester kedua 2025 dapat memberikan tantangan bagi rumah sakit, terutama yang mandiri, karena mereka perlu menambah belanja modal untuk memenuhi standar kamar baru. Hal ini bisa menyebabkan konsolidasi industri rumah sakit jika beberapa rumah sakit kesulitan memenuhi persyaratan KRIS.
Ismail juga menganggap bahwa pertumbuhan yang konsisten dan perluasan margin di sektor ini dapat tercapai melalui implementasi COB dan efisiensi biaya operasional, meskipun rumah sakit dengan margin lebih rendah dari JKN harus tetap menjaga kualitas layanan. (Zan)