JagatBisnis.com – Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jakarta, Irwandy Rajabasa, mengungkapkan pandangannya tentang dampak kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS). Menurutnya, kemenangan Trump bisa membawa dampak yang baik maupun buruk bagi ekspor Indonesia, tergantung pada kebijakan perdagangan yang akan diterapkan.
Kekhawatiran Terhadap Kebijakan Proteksionisme
Salah satu kekhawatiran terbesar yang muncul adalah kebijakan proteksionisme Trump, yang berpotensi menaikkan tarif pajak impor hingga 10-20 persen. Hal ini, kata Irwandy, bisa berdampak pada surplus neraca perdagangan Indonesia, terutama jika Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak kenaikan tarif tersebut. Namun, Irwandy optimistis karena banyak produk unggulan Indonesia, seperti pakaian, aksesoris pakaian, dan karet, yang tidak memiliki pabrik di AS dan tetap dibutuhkan oleh pasar Amerika.
Peluang dari Kerja Sama Bilateral Indonesia-AS
Di sisi lain, Irwandy melihat adanya peluang besar yang dapat dimanfaatkan melalui kerja sama bilateral antara Indonesia dan AS. Misalnya, Amerika Serikat adalah eksportir kapas terbesar ke Indonesia, sementara Indonesia merupakan salah satu eksportir pakaian terbesar ke AS. Hubungan dagang ini bisa menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara.
“Melalui pendekatan berbasis sistem HS (Harmonized System), kami siap melakukan negosiasi win-win dengan pemerintah AS untuk memastikan kedua belah pihak mendapatkan manfaat dari perdagangan ini,” ujar Irwandy dalam wawancara pada Senin (25/11).
Diversifikasi Pasar Ekspor untuk Mengurangi Ketergantungan
Sebagai langkah mitigasi terhadap potensi dampak kebijakan proteksionisme, GPEI menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor. Irwandy menyebutkan bahwa ketergantungan pada pasar tradisional seperti AS perlu dikurangi, dan GPEI mendorong ekspansi ke pasar lain yang sedang berkembang. Kerja sama dagang dengan Uni Eropa akan terus digalakkan, selain itu, pasar Afrika yang sedang berkembang juga menjadi fokus perhatian.
“Diversifikasi pasar adalah agenda berkelanjutan GPEI untuk memastikan bahwa ekspor Indonesia tidak bergantung pada satu pasar saja, serta meminimalisir dampak negatif dari kebijakan proteksionisme negara tertentu,” tambah Irwandy.
Rencana GPEI dalam Menghadapi Kebijakan Trump
Hingga saat ini, GPEI belum melakukan komunikasi langsung dengan pemerintah Indonesia atau lobi diplomatik terkait kebijakan Trump. Namun, Irwandy memastikan bahwa isu ini akan menjadi salah satu topik utama dalam Musyawarah Nasional (Munas) GPEI yang akan diadakan pada 8-9 Desember 2024 di Semarang.
“Hasil rekomendasi dari Munas akan kami sampaikan kepada pemerintah. Kami berharap pemerintah dapat memaksimalkan peluang yang ada dan merespons perubahan kebijakan perdagangan dengan cepat,” jelasnya.
Optimisme Meski Ada Tantangan
Meskipun terdapat tantangan, Irwandy tetap optimis. Berdasarkan data perdagangan Indonesia-AS pada periode kepemimpinan Trump sebelumnya (2016-2020), ekspor Indonesia justru mencatatkan tren surplus. Dengan optimisme yang tinggi, ia berharap di bawah kepemimpinan Trump yang kedua ini, kinerja ekspor Indonesia dapat terus berkembang dan bahkan meningkat.
“Kami berharap kinerja ekspor Indonesia tidak akan banyak berubah, bahkan dapat terus meningkat seperti yang terjadi pada masa kepemimpinan Trump sebelumnya,” pungkas Irwandy.
Dengan persiapan matang dan diversifikasi pasar yang terus digalakkan, GPEI yakin bahwa Indonesia dapat menghadapi tantangan kebijakan proteksionisme Trump dan tetap menjaga kinerja ekspornya di tingkat yang positif. (Mhd)