JagatBisnis.com – PT Elnusa Tbk (ELSA), emiten yang bergerak di sektor energi, terutama migas, diproyeksikan akan mencatatkan kinerja yang terus menguat seiring dengan upaya pemerintah Indonesia untuk menggenjot eksplorasi pengeboran minyak dan gas (migas) dalam negeri. Perusahaan ini dipandang memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan momentum tersebut, terutama dengan adanya potensi katalis positif dari rencana merger dengan PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI), anak usaha Pertamina Hulu Energi.
Peningkatan Aktivitas Eksplorasi Migas dan Posisi Strategis ELSA
Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, menilai prospek kinerja ELSA sangat menarik seiring dengan fokus pemerintah untuk mencapai kemandirian energi yang lebih besar. ELSA, yang mengoperasikan dua segmen utama—layanan hulu dan layanan distribusi & logistik energi—diperkirakan akan meraih manfaat langsung dari peningkatan aktivitas eksplorasi dan logistik di sektor hulu, yang berkontribusi besar terhadap sektor energi nasional.
Pada tahun 2023, segmen hulu menyumbang 34% dari total pendapatan ELSA dan 60% dari laba bersih perusahaan. Dengan meningkatnya kebutuhan eksplorasi dan produksi migas dalam negeri, ELSA berencana memperluas kapasitas layanan hulu sebesar 10% CAGR (Compound Annual Growth Rate) selama tiga tahun ke depan. Untuk mendukung ekspansi ini, ELSA mengalokasikan investasi sebesar Rp 500 miliar per tahun, dengan harapan menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 14%.
“ELSA berada pada posisi yang tepat untuk memanfaatkan kebijakan pemerintah yang lebih fokus pada kedaulatan energi dan peningkatan produksi minyak dan gas dalam negeri,” ujar Andreas dalam riset yang diterbitkan pada 28 Oktober 2024.
Rencana Merger dengan PDSI: Katalis Positif untuk Kinerja ELSA
Selain ekspansi kapasitas, rencana merger ELSA dengan PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) menjadi katalis positif bagi kinerja perusahaan. PDSI, yang merupakan pemain utama dalam pengeboran minyak dan gas, diperkirakan akan membawa keuntungan signifikan bagi ELSA. Merger ini memungkinkan ELSA untuk menciptakan skala ekonomi yang lebih besar dan meningkatkan daya saingnya di sektor migas.
PDSI, yang diperkirakan menghasilkan laba tahunan sebesar Rp 456 miliar (7% lebih tinggi dari laba ELSA), diyakini akan memberikan kontribusi positif terhadap kapasitas laba dan prospek pertumbuhan entitas gabungan. Dengan merger ini, ELSA akan lebih kuat baik dalam hal posisi pasar maupun struktur keuangan, yang akan semakin mendukung pengembangan kapasitas produksi migas dalam negeri.
“Jika merger ini selesai, kami yakin langkah strategis ini akan memperkuat kepemimpinan pasar ELSA dan menjadi katalis utama bagi pergerakan saham ELSA ke depan,” tambah Andreas.
Proyeksi Pertumbuhan Laba dan Pendapatan yang Positif
Sucor Sekuritas memproyeksikan laba ELSA akan tumbuh sebesar 18% CAGR selama tiga tahun ke depan, dengan harapan laba bersihnya mencapai Rp 1 triliun pada tahun 2027. Pertumbuhan yang signifikan ini diperkirakan akan didorong oleh ekspansi kapasitas layanan hulu, yang berkontribusi besar terhadap pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Pendapatan ELSA diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR 5% selama periode yang sama. Mengingat kontribusi yang lebih besar dari segmen hulu, margin laba bersih ELSA diperkirakan akan meningkat menjadi 7%, dari sebelumnya 5% pada tahun 2023. Dengan strategi yang solid dan posisi keuangan yang kuat, ELSA semakin siap untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan sektor migas domestik.
“Pengalaman luas ELSA, jaringan yang kuat, dan posisi neraca yang solid memosisikan perusahaan ini untuk memanfaatkan dorongan pemerintah Indonesia dalam mencapai kemandirian energi,” kata Andreas.
Kinerja Positif di Kuartal III-2024
Pada kuartal III 2024, ELSA mencatatkan laba bersih yang tumbuh 35% YoY, mencapai Rp 551 miliar, dan margin laba bersih meningkat menjadi 5,7%, dibandingkan dengan 4,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan konsolidasian ELSA pada periode Januari–September 2024 tercatat sebesar Rp 9,6 triliun, naik 7% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp 8,9 triliun.
Pendapatan tersebut didorong oleh kontribusi segmen Distribusi & Logistik Energi sebesar 50%, diikuti oleh Jasa Hulu Migas sebesar 39%, dan Jasa Penunjang sebesar 11%. Dengan kinerja yang stabil dan kontribusi yang kuat dari sektor hulu, ELSA semakin optimis dalam meraih pertumbuhan berkelanjutan.
Rekomendasi Saham: Buy dengan Target Harga Rp 860
Melihat prospek yang cerah, Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk saham ELSA dengan target harga Rp 860 per saham. Pada perdagangan Kamis, 14 November 2024, saham ELSA ditutup pada harga Rp 438 per saham, yang menunjukkan potensi upside yang signifikan.
Kesimpulan
Dengan dukungan ekspansi kapasitas layanan hulu, rencana merger dengan PDSI, serta posisi yang strategis dalam mendukung program kemandirian energi Indonesia, PT Elnusa Tbk (ELSA) berada di jalur yang tepat untuk terus mencatatkan kinerja positif dalam beberapa tahun mendatang. Pemerintah yang fokus pada peningkatan produksi migas dalam negeri, ditambah dengan proyeksi pertumbuhan yang kuat, menjadikan ELSA sebagai salah satu saham yang menarik untuk dipertimbangkan di sektor energi. (Zan)