JagatBisnis.com – PT Timah Tbk (TINS), anggota dari BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID, menegaskan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan (sustainability) dalam industri pertambangan timah di Indonesia, terutama dalam menangani masalah tambang ilegal. Hal ini disampaikan oleh Dicky Octa Zahriadi, Direktur Pengembangan Usaha TINS, dalam konferensi tahunan Asia Tin Week yang diselenggarakan oleh International Tin Association (ITA) di Shanghai, dengan tema “Securing Sustainable Tin Supply through Innovation and Collaboration.”
Peran Indonesia dalam Menangani Tambang Ilegal
Dalam konferensi yang dihadiri oleh para pemimpin industri timah global, termasuk trader dari berbagai negara seperti China, Indonesia, Peru, Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia, Dicky Zahriadi menyoroti pentingnya upaya Indonesia untuk menanggulangi penambangan ilegal yang masih menjadi masalah di sektor timah.
“Dunia internasional sangat menyoroti Indonesia terkait dengan penambangan ilegal, serta kebijakan apa yang akan diambil pemerintah untuk membenahi masalah tersebut,” ujarnya. Dicky menambahkan bahwa Indonesia harus dapat menerapkan prinsip dan standar Environmental, Social, and Governance (ESG) yang lebih efektif dalam industri timah, seiring dengan upaya untuk meningkatkan transparansi rantai pasokan timah.
Dicky juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah Indonesia dalam memastikan bahwa seluruh produksi timah yang dihasilkan berasal dari sumber yang jelas dan bertanggung jawab. Hal ini akan mengarah pada penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang lebih ketat di sektor pertambangan timah.
Sustainability dan Kolaborasi Global
Salah satu fokus utama dalam konferensi Asia Tin Week 2024 adalah bagaimana inovasi dan kolaborasi global dapat mempercepat pengembangan industri timah yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai salah satu produsen utama timah dunia memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga mengutamakan keberlanjutan dalam proses penambangan dan pengolahan timah.
“Industri timah global membutuhkan komitmen untuk berinovasi, mengadopsi teknologi baru, dan memastikan praktik pertambangan yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab,” ungkap Dicky Zahriadi. Kolaborasi antara negara-negara produsen timah diharapkan dapat memperkuat standar keberlanjutan dalam rantai pasokan timah global.
Proyeksi Harga Timah dan Optimisme Industri
Di akhir konferensi, peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan tentang proyeksi harga timah di masa depan. Berdasarkan hasil polling, 52% responden optimis bahwa harga timah dunia akan stabil di kisaran $30.000 – $36.000 per ton pada tahun 2025. Hal ini mencerminkan optimisme pasar terhadap stabilitas harga timah, yang penting untuk keberlanjutan industri ini.
Harapan untuk Kolaborasi Global yang Lebih Kuat
Asia Tin Week 2024 diharapkan dapat mendorong kolaborasi lebih lanjut antara pelaku industri timah di seluruh dunia. Dengan adanya forum internasional seperti ini, diharapkan seluruh pihak yang terlibat dapat bekerja sama untuk menciptakan industri timah yang lebih transparan, berkelanjutan, dan inovatif. Bagi Indonesia, hal ini menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmennya dalam mengembangkan industri timah yang ramah lingkungan, sekaligus memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi salah satu pemain utama dalam pasar timah global yang terus berkembang. (Zan)